Serba Serbi
MAKNA Penjor, Sarana Wajib saat Hari Raya Galungan dan Kuningan sebagai Lambang Kemenangan Dharma
penjor diyakini sebagai lambang wujud gunung tertinggi yang merupakan tempat berstananya Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Penjor termasuk perlengkapan upacara dan upakara Hari Suci Galungan, yang memiliki posisi sakral dan disucikan.
Oleh karena itu, pembuatan dan pemasangannya tidak boleh sembarangan dengan tujuan agar penjor yang bernilai suci ini tetap suci, serta sebagai salah satu bagian upacara dan upakara dalam mengagungkan kekuatan dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya.
Menurut perhitungan kalender Bali, bahwa hari suci Galungan untuk tahun 2021, jatuh pada hari Rabu,10 November 2021 dan bertepatan pada Buda Kliwon Dungulan.
Hari suci Galungan, menurut tradisi umat Hindu di Bali setiap 6 bulan sekali yang sering disebut rerainan jagat (piodalan gumi).
Baca juga: Makna Pemasangan Penjor di Lebuh Serta Makna Kelengkapan Penjor
Jero Mangku Ketut Maliarsa mengatakan salah satu perlengkapan merayakan hari suci Galungan para umat Hindu di Bali adalah penjor.
Oleh karena itu, penjor diyakini sebagai lambang wujud gunung tertinggi yang merupakan tempat berstananya Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya.
Di samping itu, gunung juga dipercaya memberi kesejahteraan, kesuburan dan sumber kebahagiaan bagi hidup umat manusia.
Sarana upacara penjor terdiri sebatang bambu, sepanjang kurang lebih 10 meter dengan ujungnya melengkung ke bawah.
Hal itu, sebagai simbol Rwa Bhineda yaitu ada Dharma dan Adharma, atau baik dan tidak baik.
"Hal tersebut dapat dilihat dari wujud bambu itu sendiri, ada yang lurus sebagai simbol kebenaran dan ada yang melengkung ke bawah sebagai simbol ketidakbenaran," ucap mantan kepala sekolah ini.
Selain itu, dikatakan bahwa bambu dipakai sebagai sarana membuat penjor karena bambu sebagai lambang atma dan paramaatma yang merupakan satu- kesatuan dalam menjiwai kehidupan manusia.
Dengan simbol itu, diharapkan umat Hindu membangkitkan semangat Dharma untuk mampu mengalahkan sifat- sifat Adharma.
Sehingga disimbolkan dengan menancapkan penjor ke tanah, sebagai kebangkitan Dharma melawan Adharma. Dan mampu memperoleh kemenangan Dharma.
Selain itu, penjor dihias dengan janur, plawa (campuran dari daun cemara, daun endong ,pakis aji, dan lain sebagainya). Selain itu, sebagai wujud syukur dan terima kasih atas kemurahan limpahan kesejahteraan, dan kesuburan dipersembahkan juga berupa hasil bumi berupa pala gantung dan pala bungkah, seperti buah jagung, mentimun, kelapa, pisang, jaje begina, jaje uli, umbi-umbian seperti umbi ketela, keladi dan lainnya.
Baca juga: Pemesanan Penjor di Denpasar Sudah Mulai Sejak Sugihan, Menurun Hampir 40 Persen