Nova, WNI Peneliti di AS Temukan Vaksin Covid Mudah Diproduksi di Indonesia, Ampuh Berbagai Varian
Kandidat vaksin ini lebih murah dan mudah diproduksi, lebih gampang didistribusikan karena tidak perlu lemari ekstra dingin untuk penyimpanan.
TRIBUN-BALI.COM, CAMBRIDGE - Seorang WNI yang jadi peneliti di Amerika menemukan kandidat baru vaksin Covid-19 yang kompatibel dengan teknologi yang ada di Indonesia.
Kandidat vaksin ini lebih murah dan mudah untuk diproduksi, serta lebih gampang untuk didistribusikan, karena tidak perlu lemari ekstra dingin untuk penyimpanannya.
WNI tersebut adalah Novalia Pishesha. Akhir Oktober lalu, Nova masuk ke dalam daftar 35 inovator Asia Pasifik berusia di bawah 35 tahun versi MIT Technology Review, karena dianggap memelopori teknologi nanobodi untuk pengobatan penyakit autoimun.
Baca juga: Gadis Ini Kaya Mendadak, Dapat Rp 10 Miliar Berkat Disuntik Vaksin Covid-19
Novalia Pishesha adalah junior fellow atau peneliti junior di Society of Fellows, Universitas Harvard.
Seiring upaya dunia untuk memastikan pemerataan akses vaksin Covid-19, para ilmuwan juga berpacu dengan waktu untuk mengembangkan vaksin-vaksin yang lebih ampuh demi meredam pandemi virus corona.
Nova, nama panggilannya, pada awal November 2021, menerbitkan jurnal ilmiah tentang kandidat vaksin Covid-19 berbasis protein yang ia kembangkan, yang menyasar langsung sel-sel penyaji antigen (antigen-presenting cells/APCs), pada jurnal PNAS (Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America).
Baca juga: TERBARU, Hasil Studi Ungkap Efektivitas Vaksin Covid-19 Turun Drastis Setelah 6 Bulan
Ia beserta timnya mengujicobakan vaksin itu terhadap tikus muda dan tua. Hasilnya, metode itu memicu kekebalan tubuh tikus terhadap SARS-CoV-2 –virus penyebab Covid-19– dan variannya.
“Kandidat vaksin ini 100 persen efektif, karena semua tikus –jika Anda lihat datanya– terlindungi,” ujar Nova di kantornya, di Boston Children’s Hospital, Massachusetts, saat diwawancarai VOA melalui Skype (20/10/2021).
Ampuh Tangkal Berbagai Varian Corona
Nova mulai memimpin penelitian itu bersama koleganya, Hidde Ploegh dan Thibault J Harmand, pada April 2020, sebulan setelah pengumuman status pandemi Covid-19 oleh WHO.
Kala itu, ia terpantik gagasan untuk menggunakan teknologi nanobodi, yang sebelumnya ia kembangkan untuk pengobatan penyakit autoimun.

Vaksin buatannya mengandung dua komponen dasar, yaitu nanobodi –antibodi dari hewan alpaka– dan bagian dari paku protein virus SASR-CoV-2 yang berfungsi mengikat reseptor pada sel manusia. Dalam penelitian itu, Nova menggunakan sekuens asli dari paku protein SARS-CoV-2 Wuhan.
Sejauh ini, kandidat vaksin itu ampuh menghadapi berbagai varian virus corona, termasuk varian Afrika Selatan (C.1.2) yang sempat merebak ke berbagai negara.
Ia mengaku belum mengujinya dengan varian Delta, meski tertarik untuk melakukannya. Terlepas dari itu, Nova optimistis vaksinnya ampuh menghadapi varian tersebut.
“Sebenarnya, modifikasi dalam hal merekayasa ulang komponen vaksin tidak terlalu sulit, jadi saya rasa kami bisa merakayasa ulang sebagian vaksin dengan varian terbaru,” ungkapnya.