Nova, WNI Peneliti di AS Temukan Vaksin Covid Mudah Diproduksi di Indonesia, Ampuh Berbagai Varian

Kandidat vaksin ini lebih murah dan mudah diproduksi, lebih gampang didistribusikan karena tidak perlu lemari ekstra dingin untuk penyimpanan.

Editor: Bambang Wiyono
DOK NOVALIA PISHESHA via VOA INDONESIA via kompas.com
Nova mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis protein agar mudah diproduksi di Indonesia. 

Sementara itu, masih berbulan-bulan waktu yang diperlukan bagi vaksin Nova dan timnya untuk dapat diproduksi massal, dengan catatan lolos tahap uji klinis dan mendapat persetujuan otoritas terkait.

Ia memandang vaksinnya dapat digunakan sebagai penguat alias booster pada masa depan, mengingat – menurutnya – vaksinasi Covid-19 mungkin akan menjadi rutinitas tahunan yang perlu dilakukan masyarakat, seperti vaksinasi flu di AS.

Siapa Novalia Pishesha?

Akhir Oktober lalu, Nova masuk ke dalam daftar 35 inovator Asia Pasifik berusia di bawah 35 tahun versi MIT Technology Review, karena dianggap mempelopori teknologi nanobodi untuk pengobatan penyakit autoimun.

"Innovators Under 35 MIT Technology Review" merupakan pengakuan terhadap para inovator muda yang karya-karyanya dapat merevolusi gaya hidup dan membentuk masa depan dunia teknologi dan industri.

Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, pendiri Google, Larry Page, dan pendiri Twitter, Jack Dorsey, sebelumnya juga menghiasi daftar tersebut.

Nova bersama pembimbing tesis doktoralnya, Prof Harvey Lodish dan Prof Hidde Ploegh.
Nova bersama pembimbing tesis doktoralnya, Prof Harvey Lodish dan Prof Hidde Ploegh. (DOK NOVALIA PISHESHA via VOA INDONESIA via kompas.com)

Sebelum menekuni bidang rekayasa hayati (bio-engineering), Nova menamatkan pendidikan SMA di Singosari, Malang, Jawa Timur. Sejak dulu, ia ingin menguasai ilmu yang bisa membantunya menolong orang-orang sakit. Pasalnya, beberapa orang terdekatnya “meninggal tiba-tiba” setelah sakit tanpa diagnosis.

“Saya punya bibi yang saat saya beranjak dewasa menderita lupus, sebuah penyakit autoimun yang cukup umum. Beberapa teman saya juga menderita dan meninggal karena lupus waktu SMP. Hal-hal seperti itu yang benar-benar membuat Anda sadar bahwa ada banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan."

Nova sempat kuliah kedokteran selepas SMA, ketika ia memutuskan untuk keluar karena tidak cocok dengan sistem pendidikan di kampusnya.

Nova bersama sejumlah mahasiswa Indonesia di MIT yang ia bimbing.
Nova bersama sejumlah mahasiswa Indonesia di MIT yang ia bimbing. (DOK NOVALIA PISHESHA via VOA INDONESIA via kompas.com)

Ia lantas bekerja bersama orang tuanya dan menjadi guru les, sebelum merantau ke San Francisco, AS. Di negeri Paman Sam, ia berkuliah di City College of San Francisco dan lulus dalam bidang rekayasa hayati dari University of California at Berkeley pada 2011 melalui beasiswa.

Nova melanjutkan pendidikannya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada tahun 2012 dan meraih gelar PhD dalam bidang yang sama pada tahun 2018.

“Sebagai mahasiswa doktoral, saya melakukan penelitian rekayasa sel darah merah dan kemudian mendaftarkan beberapa hak paten dari situ. Kemudian, penasihat studi doktoral saya mendirikan perusahaan dari penelitian itu, yang kini menjadi perusahaan bioteknologi yang melantai di bursa saham sejak beberapa tahun lalu,” ungkap Nova.

Nova meraih gelar doktoral dari Massachusetts Institute of Technology pada 2018.
Nova meraih gelar doktoral dari Massachusetts Institute of Technology pada 2018. (DOK NOVALIA PISHESHA via VOA INDONESIA via kompas.com)

“Pada intinya, hal itu membuat saya berpikir bahwa apa yang saya kerjakan mungkin sangat bermanfaat, maka itu saya lanjutkan saja sambil mencari kesempatan, membangun lebih banyak hal, menemukan lebih banyak hal, menciptakan lebih banyak hal, dan semoga saja – karena sekarang Indonesia tampaknya membutuhkan lebih banyak vaksin – temuan vaksin ini bisa bermanfaat.”

Selain disibukkan dengan penelitian dan bimbingan mahasiswa, Nova juga menjadi konsultan bagi sejumlah perusahaan dan tengah membangun perusahaan rintisan yang bergerak dalam bidang bioteknologi. (*)

Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul https://www.kompas.com/global/read/2021/11/16/180000170/novalia-pishesha-wni-peneliti-di-as-temukan-vaksin-covid-19-yang-mudah?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved