Berita Denpasar

Banyak Temuan Proyek Gajah Mada, Wakil Ketua DPRD Denpasar: Perencanaan Penataan Tak Akurat

Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira menyoroti penataan kawasan Jalan Gajah Mada

Tribun Bali/Putu Supartika
Penataan kawasan Jalan Gajah Mada Denpasar, Bali, sudah 96 persen, Kamis 25 November 2021 - Banyak Temuan Proyek Gajah Mada, Wakil Ketua DPRD Denpasar: Perencanaan Penataan Tak Akurat 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira menyoroti penataan kawasan Jalan Gajah Mada, Denpasar, Bali.

Ia menilai perencanaan penataan tersebut tidak akurat.

“Dari pantau di lapangan perencanaannya tidak akurat. Ada beberapa yang tidak sesuai dengan perencanaan,” kata Wandhira, Selasa 7 Desember 2021.

Saat ia turun bersama Fraksi Golkar meninjau proyek yang meliputi penataan Pasar Kumbasari hingga halaman depan Pasar Badung tersebut, pihaknya menemukan beberapa hal yang tidak pas.

Baca juga: Dewan Denpasar Kritik Proyek Penataan Gajah Mada, Penempatan Patung Dinilai Tidak Matang

Pertama ia melihat penataan Jalan Gajah Mada hanya sebatas penataan wajah saja.

Sementara fungsi masih sama seperti sebelumnya dan tidak banyak perubahan.

Ia juga menyoroti terkait penempatan patung Ratu Mas Melanting di pelataran Pasar Badung.

“Penempatan patung di pelataran parkir dirancang di atas struktur yang bukan beban statis. Setelah diperhatikan, baru digeser ke posisi yang kuat dan jadinya itu menghalangi akses ke basement. Jadi konsepnya tidak matang,” katanya.

Selain itu, penambahan tiang pada pedestrian di jembatan Gajah Mada juga dianggap mengganggu alur sungai.

Wandhira yang juga seorang arsitek ini menambahkan, seharusnya tak perlu dilakukan pengecoran lagi dalam pembuatan pedestrian ini.

“Dengan membeli beton tinggal pasang, tidak usah cor lagi, apalagi itu jaraknya pendek sehingga bisa mengurangi waktu pengerjaan dan biaya,” katanya.

Ia juga menyoroti beberapa pengecoran yang kurang bagus, di mana besi masih kelihatan.

Sehingga hal itu akan rentan terhadap korosi.

Ada juga beberapa pembatas yang hanya dibuat dari tumpukan batako saja.

"Semestinya dibeton. Apalagi ini fasilitas publik, didorong sedikit saja bisa ambruk dan berbahaya,” katanya.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved