Berita Badung
Pasokan Menipis, Harga Cabai Rawit di Badung Tembus Rp 95 Ribu/Kg
"Sampai saat ini tembus Rp 95 ribu per kilo. Namun kami sudah mulai siasati fenomena ini dari tahun sebelumnya," ujarnya Senin malam
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Harga cabai di Kabupaten Badung mengalami lonjakan tajam.
Bahkan pada Senin, 27 Desember 2021 ini harga cabai rawit tembus sampai Rp 95 ribu per kilogram.
Naiknya harga cabai di kabupaten Badung disinyalir karena pasokan cabai mulai menipis.
Selebihnya saat musim hujan ini cabai memang susah untuk panen, lantaran cepat busuk.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Abiansemal Badung Sudah Mencapai 99 Persen
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana tak menampik hal tersebut.
Pihaknya mengakui dari hasil pendataan di beberapa pasar harga cabai menembus angka Rp 95 ribu per kilogram (Kg).
"Sampai saat ini tembus Rp 95 ribu per kilo. Namun kami sudah mulai siasati fenomena ini dari tahun sebelumnya," ujarnya Senin malam.
Sesuai data Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Kabupaten Badung, harga cabai rawit di Pasar Kuta II mengalami penurunan dari Rp 92 ribu menjadi Rp 85 ribu.
Namun untuk Pasar Mengwi Rp 95 ribu tidak mengalami perubahan, dan Pasar Blahkiuh Rp 85 ribu, harga rata-rata Rp 88,3 ribu
Terkait lonjakan harga cabai tersebut kata Wijana adalah fenomena rutin setiap tahun khususnya saat musim hujan.
Pada musim produktivitas cabai mengalami penurunan drastis dan sangat rentan terserang hama penyakit.
"Tidak hanya terjadi di Badung namun juga di daerah lain sebagai sentra cabai," jelasnya.
Diungkapkannya, di Badung sentra produksi cabai tersebar di wilayah kecamatan Petang, Abiansemal dan Mengwi.
Lantaran keterbatasan lahan, luas tanam cabai di Badung rata-rata 40 sampai 60 hektar per tahun.
Sedangkan berdasarkan kebutuhan cabai yang semakin meningkat, idealnya luas tanam cabai minimal sekitar 200 hektar per tahun.
Baca juga: Seragam Gratis untuk Siswa Baru di Badung Dianggarkan Rp 29 Miliar pada 2022
Kendati demikian, pihaknya mengaku tidak tinggal diam.
Bahkan berbagai upaya dilakukan untuk mengantisipasi gejolak harga cabai saat ini, pihaknya mengaku memiliki kampung cabai seluas 10 hektar.
"Diluar program kampung cabai, juga sudah banyak sentra- cabai yang sudah panen karena saat ini harga cabai sedang naik," imbuhnya.
Selain itu, pihaknya juga mempunyai program Masyarakat Tanam Cabai ( Matanabe) yang bekerjasama dengan Bank BPD Bali.
Program ini mendorong masyarakat menanam cabai dipekarangan rumah dan lahan-lahan tidak produktif.
"Kita memberikan bantuan bibit cabai, pupuk dan pendampingan. Untuk tahun ini program Matanabe menyasar Desa Tibubeneng. Namun sebelumnya kita sudah berikan ke Desa Dalung," tegasnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Badung