Berita Gianyar

Pura Petilasan Cempaka Majapahit di Gianyar Tempat Memohon Jabatan dan Rejeki

Hal tersebut dikarenakan, Ida Bhatara yang berstana di pura yang piodalannya jatuh pada Ngarkasih Medangsia itu sangat pemurah.

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Noviana Windri
ist
Pura Petilasan Cempaka Majapahit di Banjar/Desa Beresela, Payangan, Gianyar, Bali. (ist) 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pura Petilasan Cempaka Majapahit yang berdiri di kawasan hutan kecil di Banjar/Desa Beresela, Kecamatan Payangan, Gianyar, Bali kini selalu didatangi ratusan umat se Bali dalam hari-hari tertentu.

Hal tersebut dikarenakan, Ida Bhatara yang berstana di pura yang piodalannya jatuh pada Ngarkasih Medangsia itu sangat pemurah.

Banyak yang sukses dalam usaha, jabatan dan sembuh dari penyakit keras usai bersembahyang di pura ini.

Namun berdasarkan keterangan pengempon Pura Petilasan Cempaka Majapahit, I Gusti Ngurah Agus Supriadi, yang kini menjabat sebagai anggota DPRD Gianyar dua periode tersebut, beberapa tahun lalu, tidak banyak yang tahu akan keberadaan pura ini.

Sebab pelinggih yang ada di sana hanya berupa asagan atau susunan batu.

Baca juga: Indonesia Meriahkan Perayaan Tahun Baru di Expo 2020 Dubai dengan Parade Budaya Bali

Baca juga: Arti Mimpi Ketemu Mantan, Pertanda Masih Ada Rasa?

Baca juga: 4 PRESTASI Satgas Nemangkawi Memburu KKB Papua, 20 Hari Lagi Masa Tugas Berakhir

Namun kala itu, lokasi berdirinya pura sangat ditakuti masyarakat. Terutama ketika malam hari. Sebab kerap terdengar adanya suara-suara menyeramkan. 

"Tempat ini dari dulu disucikan warga. Yakni tempat lapang dan hutan kecil. Ada pohon cempaka disucikan. Pohon cempaka ini tidak membesar sejak puluhan tahu lalu. Ada semacam asagan atau tempat orang sembahyang dari dulu," ujarnya, Selasa 4 Januari 2021. 

Pura ini berangsur-angsur mendapatkan perhatian sejak pihaknya bersama perguruan tenaga dalam bambu kuning menggelar kegiatan di sana.

Saat itu, pihaknya membuat pendopo berupa kamar mandi dan dapur. 

"Alasan kami ke sana karena tidak ada tempat latihan pernapasan. Jadi kami latihan di sana, dibuatlah kamar mandi dan dapur. Ada juga bak sampah. Wantilan di sana sebelumnya sudah ada dan itu murni dibuat oleh pengempon di sana," ujarnya.

Lambat laun, pengempon ingin melestarikan kawasan suci ini.

Lalu puing-puing bangunan pelinggih yang terbengkalai dari dulu ingin diperbaiki kembali.

Saat itu, puing bangunan dikumpulkan. Lalu dicarikan undagi terbaik, agar bisa menyusun puing-puing tersebut kembali utuh seperti aslinya.

"Puranya saat ini ala Majapahit, namun karena beliau di Bali, maka ada unsur-unsur ornamen Bali juga. Menurut kepercayaan orang tua, dulu tempat ini lokasi Patih Gadjah Mada meminta pawisik untuk strategi perang," ujarnya. 

Setelah pelinggih berdiri, pada tahun 2019 lalu, ada seorang sulinggih dari Jembrana datang.

Beliau, Ida Pedanda Griya Sigaran Manistutu katanya mendapatkan pawisik bahwa Patih Gadjah Mada berstana di sana.

Baca juga: BREAKING NEWS: Foto Ciuman Viral, Ida Rsi Bhujangga Lokanatha Mundur dari Kesulinggihan

Baca juga: 7 Arti Mimpi Digigit Ular, Pertanda Buruk Ada Orang yang Ingin Menyakitimu, Banyak Ancaman!

Baca juga: Promo KFC Hari Ini 4 Januari 2022, Original Krusher Oreo atau Coklat Rp 15 Ribuan

Atas keyakinan itu, kata Supriadi, beliau lantas menyumbangkan biaya untuk mengucikan pura tersebut lewat upacara mendem pedagingan, mecaru dan rsi gana.

"Kira-kira biaya yang habis sekitar Rp 150 juta. Namun karena tidak enak, sehingga saya bersama pengempon ikut nyumbang Rp 45 juta," ujarnya. 

Supriadi yang merupakan tokoh Gerindra Gianyar ini mengungkapkan, setelah pembangunan dan upacara penyucian, banyak umat yang datang untuk bersembahyang.

Mereka datang dari seluruh Bali. Dimana sebagian besar dari mereka tau pura ini melalui pawisik.

Kedatangan mereka ada yang meminta rejeki, jabatan dan kesembuhan. 

"Menurut kepercayaan orang, sudah hampir 500 tahun pelinggih di sini tidak diperbaiki. Mungkin karena runtuhnya majapahit atau bagaimana. Dulu masyarakat sangat takut ke sana. Sekarang, hampir setiap hari ada yang ke sana," ujarnya. 

"Ada yang meminta jabatan. Salah satunya pemilihan Perbekel. Dulu ada seorang Perbekel pada pemilihan itu dia ke sana dengan timnya. Saat itu pemilihan di desanya  sangat berat, lawannya calon kuat. Setelah memohon di sana dia mendapatkan keajaiban, yakni menang hanya dengan selisih satu suara. Dan, saya sendiri memohon agar menang di Pileg. Astungkara kini menjabat dua periode," imbuhnya.

Selain itu, kata Supriadi, ada juga yang datang dalam kondisi bangkrut.

Baca juga: 53 Anggota KKB Papua Menyerah dan 27 Ditangkap, Operasi Satgas Nemangkawi Segera Dihentikan

"Ada yang bisnisnya bangkrut. Sekarang sampai tak bisa meladeni permintaan. Kesehatan juga. Ada yg mau operasi ginjal. Ini warga Bangli. Karena tak punya uang, dia ke sana sembahyang sekarang sudah sembuh," ujarnya seizin prajuru Pura Petilasan Cempaka Majapahit. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved