Guru di Pesantren Rudapaksa Santriwati
UPDATE Kasus Rudapaksa: Herry Wirawan Dituntut Ganti Rugi 3 Hal Ini, Siap Nikahi Semua Korban?
UPDATE Kasus Rudapaksa: Herry Wirawan Dituntut Ganti Rugi 3 Hal Ini, Siap Nikahi Semua Korban?
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, BANDUNG – Kasus rudapaksa oleh Guru Pesantren Herry Wirawan (36) terhadap 12 Santriwati di Bandung memasuki babak baru.
Pada persidangan ke-13 di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kamis 6 Januari 2022 mengungkap korban rudapaksa yang dilakukan Herry Wirawan mengajukan restitusi atau ganti rugi.
Pada persidangan kemarin, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengatakan bila ganti rugi para korban mengacu kepada Peraturan Pemerintah (Perpu) Nomor 43 Tahun 2017 tentang pelaksanaan restitusi bagi anak yang menjadi korban tindak pidana.
Dilansir dari TribunJabar.id pada Jumat, 7 Januari 2022 dalam artikel berjudul Korban Rudapaksa Minta Ganti Rugi, Herry Wirawan Berbelit-belit di Persidangan Hingga Mengaku Khilaf, terdapat tiga komponen jenis-jenis ganti rugi yang dapat dimohonkan.
Yakni ganti kerugian atas kehilangan penghasilan atau kekayaan, penderitaan yang ditimbulkan akibat tindak pidana, dan ketiga biaya medis serta psikologis yang timbul akibat proses hukum yang masih berlangsung.
"Sebagai korban di PP 43 tahun 2017 turunan UU perlindungan anak dimungkinkan para anak korban mendapatkan ganti kerugian restitusi," kata Afdan V Jova, tenaga ahli LPSK di PN Bandung, Kamis, 6 Januari 2022.
Dalam sidang tersebut, perwakilan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sebagai saksi ahli.
Baca juga: Herry Wirawan Kembali Jalani Sidang Kasus Rudapaksa Santriwati, Siap Nikahi Belasan Korbannya?
"Pertama LPSK hari ini hadir sebagai saksi ahli terkait restitusi, permohonan ganti kerugian dari para korban. Fakta persidangan bisa ditanya ke rekan kejaksaan," ujar
"Tiga poin komponen diajukan para korban yang LPSK hitung nilai kewajaran dan diajukan ke pengadilan," ucapnya.
Afdan tidak memerinci apa saja dan berapa nilai ganti rugi yang dimohonkan para korban rudapaksa.
Menurut Afdan, setiap korban mengajukan ganti rugi yang berbeda-beda berdasarkan penilaian psikolog, kebutuhan psikis, dan pemulihan kondisi para korban ke depan.
"Pertama (perbedaan nilai ganti rugi) terkait penilaian psikolog, kebutuhan psikis dan pemulihan ke depan masing-masing korban kebutuhan berbeda itu yang membuat perbedaan. Kami enggak bisa memberikan nilai angka," katanya.
KPAI Ragukan Alasan Herry Wirawan Soal Khilafnya
Dilansir Tribun-Bali.com dari TribunJabar.id pada Jumat, 7 Januari 2022 dalam artikel berjudul Guru Bejat Herry Wirawan akan Dituntut Pekan Depan, Hari Ini Jalani Sidang Ke-13, Ada Saksi LPSK, pada sidang sebelumnya, Herry Wirawan mengungkapkan perasaan maaf karena telah rudapaksa ke-13 santriwatinya.
Selain itu, Herry menututurkan bila dirinya merasa khilaf, dan siap menikahi semua korbannya lantaran memiliki rasa sayang.
Baca juga: Dengan Gampang Guru Bejat Herry Wirawan Minta Maaf dan Mengaku Khilaf, tapi Jawaban Berbelit
Dewan Pembina KPAI, Bima Sena, menilai, keterangan Herry saat persidangan berbanding terbalik atau tidak sesuai dengan fakta persidangan.
"Terdakwa berkelit dan tidak sinkron dengan keterangan para saksi. Ya,dia melakukan pembelaan saja, dia menyampaikan kalau itu adalah kekhilafan, siap bertanggungjawab, siap menikahi karena sikap terhadap anak-anak itu atas dasar sayang," ujar Bima Sena.
"Tetapi itu kan kontradiktif dengan kesaksian saksi dalam fakta persidangan, kalau memang dia sayang, dari awal dia pasti mengakui itu anaknya. Itu saja sudah bisa mematahkan," tambahnya.
Menurut dia, pengakuan Herry yang sayang dan siap menikahi para korban bertentangan dengan aturan undang-undang. Sehingga, Ia menilai jika keterangan Herry dipersidangan hanyalah pembelaan.
"Kalau ini niat jahatnya sudah ada dari awal. Kalaupun dinikahi itu seperti pembelaan diri saja, tidak layak. Layaknya mendapatkan hukuman, justru kalau menikahi akan melanggar juga, karena ini kan anak-anak di bawah umur," katanya.
Herry Wirawan Mengaku Khilaf
Diberitakan sebelumnya, permintaan maaf datang dari Herry Wirawan (36), predator yang rudapaksa 13 santriwati.
Bahkan, akibat perbuatannya, delapan orang melahirkan sembilan bayi. Ada satu orang yang melahirkan dua kali.
Baca juga: Syakur, Pemilik Ponpes Darul Ulum Rudapaksa Santriwati Hingga Melahirkan, Mirip Herry Wirawan
Permintaan maaf Herry disampaikan dalam persidangan ke-12 di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Selasa, 4 Januari 2022.
Dalam sidang itu, Herry masih mengikutinya secara virtual dari Rutan Kebonwaru Bandung.
Kasipenkum Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat, Dodi Gazali Emil, mengatakan, Herry selalu berbelit-belit menjawab pertanyaan jaksa penuntut umum (JPU) soal motif dia memperkosa belasan siswa.
"Ketika ditanyakan motifnya, itu jawabannya yang masih berbelit belit. Tapi ujung-ujungnya dinyatakan bahwa dia minta maaf dan khilaf. Itu yang disampaikan oleh HW," ujar Dodi seusai persidangan.
Menurut Dodi, Herry mengakui semua perbuatannya seperti yang ada dalam dakwaan dalam persidangan.
Termasuk fakta-fakta persidangan yang muncul, kemudian meminta maaf karena khilaf.
"Iya, kan kalau di (sidang) dia sampaikan seperti itu (meminta maaf)," katanya.
(*)