Berita Denpasar
Pemkot Denpasar Hentikan PTM, Orang Tua Siswa Mengeluh Urusan Rumah Tangga Hingga Kuota
Pemerintah Kota Denpasar memutuskan untuk kembali menutup sementara kegiatan tatap muka per Jumat 4 Februari 2022 sampai COVID-19 melandai di waktu ya
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Noviana Windri
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Satgas COVID-19 dan Pemerintah Kota Denpasar memutuskan untuk kembali menutup sementara kegiatan tatap muka per Jumat 4 Februari 2022 sampai COVID-19 melandai di waktu yang belum ditentukan.
Keputusan tersebut mengundang pro dan kontra, di satu sisi untuk menyelamatkan siswa dari penyebaran COVID-19, di lain sisi bagi orang tua dirasa memberatkan, seperti halnya dikeluhkan Kurnia Rahayu (32) orang tua siswa salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kota Denpasar.
"Sedihnya itu anak-anak udah mulai pada akrab sama guru dan teman-temannya, udah bahagia bisa bertemu, belajar dan main sama teman-temannya di sekolah, tidak jenuh lagi setelah sekian lama di rumah saja, awalkua hanya dua kali dalam seminggu tapi dari Januari kemarin sudah full Senin-Sabtu, eh dipisahkan lagi sama daring, sudah ada surat edaran resmi dari pihak sekolah, tapi mau bagaimana lagi, semoga ini yang terbaik dan COVID-19 segera lenyap, kehidupan normal," kata Nia kepada Tribun Bali, Jumat 4 Februari 2022.
Nia menuturkan, tak hanya itu saja, belajar daring juga dirasa menambah beban Nia sebagai ibu rumah tangga karena pekerjaan rumah menjadi terhambat, terlebih juga mengurus anak keduanya yang masih kecil berusia 3 tahun.
Baca juga: PTM Seluruh Sekolah di Buleleng Ditutup Mulai Hari Ini
Baca juga: Tracing Ratusan Orang, PTM di SMKN 3 Tabanan Disetop Sementara
Baca juga: BREAKING NEWS: Siswa SD di Gianyar Mendadak Dipulangkan, Kasim: Karena PTM Ditutup
"Keluhan belajar daring ya ini kan anak saya masih kelas 2 SD, jadi kan harus didampingi, kalau sekolah di rumah, kerjaan rumah saya sebagai ibu rumah tangga tidak selesai-selesai karena harus menunggu anak-anak belajar daring, yang pagi-pagi harusnya sibuk masak bersih-bersih rumah, jadinya harus ikut sekolah, belum lagi mengurusi adiknya," ungkapnya.
Di samping itu, berkaca dari pengalaman sebelumnya, biaya kuota internet juga dirasa bakal membengkak, dan saat ini belum ada bantuan subsidi kuota internet dari pihak sekolah.
"Kalau dulu pas masih kelas 1 dapat kuota gratis khusus untuk pembelajaran daring. Tapi selama kelas 2 tidak ada sama sekali, yang jelas sangat menguras kuota internet pengalaman dari tahun lalu," ucapnya. (*)