Kesehatan

Gangguan Psikosomatik Akibat Lonjakan Kasus Positif Covid-19, Begini Cara Menanggulanginya

Gangguan psikosomatik merupakan keluhan fisik (somatik) yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi (psikis)

Editor: Wema Satya Dinata
pexels/katsmith
ilustrasi depresi 

TRIBUN-BALI.COM - Banyak pakar yang memprediksi bahwa Indonesia sudah mulai memasuki periode gelombang ketiga Covid-19.

Kondisi ini ditandai dengan peningkatan jumlah kasus Covid-19 dalam sepekan terakhir.

Peningkatan kasus ini didorong oleh penyebaran cepat varian baru virus corona, yaitu omicron.

Dengan kasus positif Covid-19 yang terus meningkat, tentunya akan menimbulkan rasa cemas dan panik pada masyarakat.

Baca juga: Pawai Ogoh-ogoh Ditiadakan, MDA Bali: Mencermati Situasi Kasus Covid-19 Terkini

Hal ini merupakan masalah serius yang harus segera diidentifikasi dan ditangani.

Maka dari itu, diperlukan edukasi kepada masyarakat untuk mengatur gejala panik sehingga dapat terkendali dan meminimalisasi panik yang berlebihan.

Hamzah Shatri selaku dokter dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia–Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) menuturkan bahwa pandemi Covid-19 varian omicron berhubungan dengan peningkatan terjadinya gangguan psikosomatik.

”Gangguan ini dapat terjadi pada mereka yang terinfeksi virus maupun yang tidak. Rasa khawatir akan tertular, khawatir mengenai stigma, pengalaman pandemi, isolasi sosial merupakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan gangguan psikosomatik saat pandemi,” ujar Hamzah dalam keterangan resmi, Selasa (8/2/2022).

Gangguan psikosomatik merupakan keluhan fisik (somatik) yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi (psikis).

Gangguan psikosomatik terbagi dua, yaitu psikis dan somatik. Gangguan psikis meliputi gangguan cemas (ansietas), depresi, gangguan tidur, dan fatigue (lelah) akut maupun kronik.

Sementara, gangguan psikis akan merasakan keluhan seperti sakit kepala, pusing, jantung berdebar-debar.

”Gangguan ini dapat memicu kambuhnya penyakit somatik seperti maag, hipertensi, serangan jantung, dan stroke. Bahkan, jika stres terjadi terus menerus dapat berujung pada kematian,” ucapnya.

Pengabaian masalah psikosomatik

Pengabaian masalah psikosomatik akibat pandemi dapat memperparah kondisi tubuh. Oleh karenanya, gangguan ini perlu segera ditangani.

Terdapat beberapa opsi terapi non farmakologi pada gangguan psikosomatik, diantaranya adalah psikoterapi suportif seperti perawatan diri, terapi relaksasi, cognitive behaviour therapy, dan olahraga.

Baca juga: 21 Pegawai Kejari Badung Terpapar Covid-19

Menurut Hamzah, dalam penanganan, diperlukan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan untuk hasil yang maksimal.

“Masalah psikis bukanlah masalah kecil. Diperlukan dukungan psikologis dan sosial baik untuk masyarakat, keluarga, maupun individu,” ungkapnya.

Vaksinasi

Salah satu upaya untuk menangani rasa cemas adalah mengenal sumber kecemasan. Pada gelombang ketiga Covid-19, salah satu faktor pendorong kecemasan adalah penyebaran varian virus omicron yang sangat cepat melebihi varian delta pada gelombang sebelumnya.

Staf divisi dari Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dr. Robert Sinto, Sp.PD, KPTI., mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan vaksinasi.

”Vaksin memang tidak sepenuhnya mencegah terinfeksi, tetapi vaksin dapat mencegah terjadinya penyakit berat,” ungkapnya.

Ia kembali mengimbau agar masyarakat melakukan klasifikasi diri dan gejala.

Klasifikasi ini didasari oleh gejala Covid-19. Tidak semua gejala harus dilarikan ke rumah sakit. Jika masyarakat teridentifikasi positif tanpa gejala sebaiknya melakukan isolasi mandiri di rumah selama 10 hari.

”Orang dengan gejala sedang dapat melakukan isolasi di rumah sakit, sedangkan orang dengan gejala ringan dapat isolasi mandiri di rumah selama 10 hari ditambah 3 hari tanpa gejala. Hal ini dilakukan mengingat kapasitas rumah sakit yang terbatas,” ungkap Robert.

Robert menambahkan, masyarakat juga dapat berkonsultasi dengan dokter melalui telemedicine seperti website Kemenkes atau fasilitas lainnya.

”Dari konsultasi ini masyarakat dapat menentukan klasifikasi dirinya,” ucapnya.

Baca juga: Gubernur Bali Minta Seluruh Pasien OTG Covid-19 Lakukan Isolasi Terpusat

Atur cemas dan panik tanpa obat

Sementara, dr. Rudi Putranto, SpPD, K-Psi, MPH dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM memberi masukan untuk mengatur cemas-panik tanpa obat-obatan.

Banyak hal yang dapat dilakukan secara mandiri. Pertama, membatasi membaca berita melalui handphone.

“Misalnya pagi dan sore membuka handphone, tidak terus menerus serta tidak terlibat pada kekhawatiran berlebihan,” ujar Rudi.

Kedua, fokus pada peluang saat ini dan menjadi produktif. Dengan ini, kita akan terdistraksi dari pikiran negatif. Ketiga, tidak bereaksi berlebihan terhadap gejala fisik.

Selanjutnya, berbaik hatilah kepada diri sendiri dan orang lain. Jika tips ini tidak berhasil, maka cari bantuan profesional. (*)

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Waspada Gangguan Psikosomatik Akibat Lonjakan Kasus Positif Covid-19, Berikut Cara Atasinya,

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved