Pertama Kali, Lomba Cara Memadik Diselenggarakan di Kecamatan Selat Karangasem
Lomba cara memadik, yang diselenggarakan di Kecamatan Selat, Karangasem, Bali dilakukan serangkaian Bulan Bahasa Bali.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Dalam rangka Bulan Bahasa Bali tahun 2022, berbagai lomba terkait seni, budaya, agama, adat, hingga sastra, aksara, dan bahasa Bali diselenggarakan di berbagai wilayah.
Salah satunya adalah lomba cara memadik, yang diselenggarakan di Kecamatan Selat, Karangasem, Bali.
Berdasarkan penjelasan, I Kadek Agus Aditya Kusuma, sebagai Manggala Pasikian Yowana Kecamatan Selat.
Bahwa dalam rangka Bulan Bahasa Bali ini, memang wilayah Selat memfokuskan pada lomba cara memadik ini.
“Lomba ini baru pertama kali diselenggarakan dan digagas oleh Pasikian Yowana Kecamatan Selat,” sebutnya kepada Tribun Bali, Minggu 20 Februari 2022.
Baca juga: Penjurian Digelar 24-27 Februari 2022, Lomba Ogoh-ogoh di Kota Denpasar
Lanjutnya, acara lomba cara memadik ini dibuat karena Pasikian Yowana Kecamatan Selat, melihat kondisi di masyarakat.
Khususnya untuk juru padik atau juru baos, sangat sulit dicari. Apalagi jika mencari juru padik atau juru baos, dari kalangan generasi muda.
“Oleh sebab itu, timbul kekhawatiran kami, bahwa nantinya tradisi cara memadik ini akan punah,” tegasnya.
Ada sekitar 5 pasang yang mengikuti menjadi peserta, namun karena dua pasang mengundurkan diri. Sehingga hanya tersisa 3 pasang saja, yang ikut dalam perlombaan.
Juri-jurinya, adalah I Nengah Alit, seorang yang telah melakoni juru baos memadik hampir 30 tahun. I Made Berata, dari Widya Sabha Kecamatan Selat. I Made Sudiantara, penyuluh bahasa Bali.
“Juara satunya dari Desa Adat Duda, juara 2 dari Desa Adat Putung, juara 3 dari Desa Adat Geriana Kangin,” sebutnya. Sesuai kesepakan Pasikian Yowana dan MDA, pihaknya konsisten bahwa akan melaksanakan kegiatan ini berlanjut atau terus-menerus.
Baca juga: Meski Masuk Level III, Pasikian Yowana Kota Denpasar Tetap Gelar Lomba Ogoh-Ogoh Tahun 2022 Ini
Tentu saja, bahasa yang digunakan adalah bahasa Bali sebagai bahasa ibu warisan budaya seni Bali sejak dahulu kala. Dan bahasa Bali merupakan bahasa tradisional masyarakat Bali.
Sehingga diharapkan lomba cara memadik atau utsawa memadik ini, sebagai salah satu upaya meningkatkan kembali kecintaan masyarakat. Khususnya masyarakat dan generasi muda di Kecamatan Selat, terhadap bahasa Bali.
Ia menjelaskan, peserta lomba adalah dua orang yowana laki-laki berusia antara 15-25 tahun, yang terdiri dari panglingsir purusa dan panglingsir pradana.
Sebagai wakil dari masing-masing desa adat, yang dibagi sesuai wilayah kedinasan di Selat.
Kemudian peserta memberikan syarat administrasi seperti KTP dan KK, dan nantinya nomor dada disediakan panitia.
"Untuk jenis memadiknya, adalah jenis memadik pada umumnya. Yaitu diantara maha kulina purusa dan pradana," katanya. Peserta pun, kata dia, bebas berkreasi dengan bebanyolan (hal lucu), kutipan sastra, paribasa, dan sebagainya.
Baca juga: Pasar Nyanggelan Panjer Mewakili Bali dalam Lomba Pasar Aman Tingkat Nasional
Dengan tujuan mempertegas argumen saat memadik. Semua peserta juga wajib mengenakan pakaian adat Bali sesuai pakem.
"Tetapi peserta juga tidak diperkenankan membaca teks saat lomba," tegasnya. Durasi waktu memadik untuk masing-masing peserta, adalah maksimal 20 menit. Semua acara ini gratis, dan tentu saja mematuhi protokol kesehatan yang ada.
Untuk teknis lomba, jelas dia, materi memadik membahas tentang kelanjutan dari pertemuan Dharma Suwaka yang dianggap telah dilaksanakan.
Waktunya dimulai, tatkala ketika salah satu pihak berbicara dan setelah pemangku nganteb yang ditandai dengan sekali suara kempul. Kemudian setelah 10 menit waktu berjalan, ditandai dengan bunyi kempul dua kali.
Lalu setelah 20 menit akan ditandai bunyi kempul tiga kali.
"Nah peserta yang melewati batas waktu akan dipotong nilainya," sebutnya.
Kriteria penilaian, terdiri dari wirama, wirasa, wiraga, dan sor singgih bahasa. Ia berharap ini akan menjadi awal baik, bagi pelestarian tradiri memadik ke depannya. (*)