Berita Denpasar

Sudikerta Kembali ke Lapas Kerobokan, Ikut Melukat Bareng Ratusan Tahanan Jelang Nyepi

Sudikerta Kembali ke Lapas Kerobokan, Ikut Melukat Bareng Ratusan Tahanan Jelang Nyepi

Penulis: Putu Candra | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Putu Candra
Suasana melukat massal bersama ratusan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kerobokan, Selasa, 1 Maret 2021. Sudikerta Kembali ke Lapas Kerobokan, Ikut Melukat Bareng Ratusan Tahanan Jelang Nyepi 

Sambut Hari Raya Nyepi, Lapas Kerobokan Gelar Melukat Massal

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Mantan Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta kembali ke Lapas Kerobokan.

Namun, kali ini dia tidak berstatus sebagai tahanan.

Sudikerta datang untuk mengikuti prosesi melukat massal bersama ratusan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kerobokan, Selasa 1 Maret 2021.

Prosesi melukat dilaksanakan di Lapangan Lapas Kerobokan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Caka Tahun 1944 yang jatuh pada tanggal 3 Maret 2022.

Seperti diketahui, Sudikerta sendiri tidak lagi menghuni Lapas Kerobokan setelah mendapatkan asimilasi.

Namun saat dimintai komentarnya, mantan politisi senior Partai Golkar itu enggan komentar.

"Nanti lah akan waktunya saya bicara," ucapnya singkat. 

Selain Sudikerta, beberapa mantan pejabat yang masih mendekam di Lapas Kerobokan juga mengikuti prosesi melukat.

Diantaranya mantan Bupati Klungkung Wayan Candra, Mantan Sekda Kabupaten Buleleng, Dewa Ketut Puspaka dan Mantan Kadisbud Kota Denpasar, I Gusti Bagus Mataram.

Untuk diketahui, prosesi melukat dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Bajing dari Griya Tegal Jingga Denpasar.

Adapun jumlah warga binaan beragama Hindu yang ikut melukat sebanyak 450 orang. Diikuti pula oleh sejumlah petugas Lapas Kerobokan.

"Hari ini dilaksanakan melukat massal bagi petugas dan WBP yang beragama Hindu di Lapas Kerobokan. Jumlah pesertanya sekitar 500an orang. Terbagi dari warga binaan 450 orang, sisanya dari petugas yang beragama Hindu," jelas Kepala Lapas (Kalapas) Kelas IIA Kerobokan, Fikri Jaya Soebing.

Pelaksanaan melukat massal ini kata Fikri, adalah salah satu program pembinaan bagi warga binaan.

Pula, melukat dilaksanakan untuk memperkuat keimanan, sikap, prilaku, kesehatan jasmani dan rohani bagi warga binaan. 

Baca juga: Sudikerta Kini Belajar Gunakan Bajra, Tapaki Jalan Spiritual Usai Bebas dari Lapas Kerobokan

"Tujuan melukat massal ini pembersihan diri para petugas dan warga binaan beragama hindu dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1944 yang jatuh pada tanggal 3 Maret 2022," katanya. 

Pihaknya pun berharap melukat massal yang baru pertama kali dilaksanakan di Lapas Kerobokan ini bisa mengubah prilaku, dan memperkuat keimanan untuk lebih baik.

Warga binaan dan petugas diharapkan menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. 

"Ini (melukat) juga bisa membawa kesucian lahir dan batin serta mendapat berkah dari sang pecipta. Serta ini menjadi momen instropeksi diri, bangkit menjadi manusia dengan kehidupan yan baru dan lebih baik tentunya," harap Fikri. 

"Saya ucapkan kepada seluruh umat Hindu di Bali khususnya, selamat merayakan Hari Nyepi, dan selamat menjalankan Catur Brata Penyepian," ucapnya. 

Lebih lanjut dikatakannya, pelaksanaan melukat massal ini tetap mengikuti protokol kesehatan (prokes), mengingat situasi pandemi.

"Prokes harus tetap dijalankan. Warga binaan dan petugas wajib memakai masker dan mereka sudah divaksin," tegasnya. 

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kakanwil Kemenkumham) Bali, Jamaruli Manihuruk yang turut hadir mengapreasi pelaksanaan melukat massal ini. 

"Kami sangat mengapresiasi melukat ini dapat dilaksanakan dengan baik. Kami berharap melukat ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Kami berharap dengan dilaksanakan melukat massal dapat membawa pengaruh positif memberikan kesucian lahir dan batin bagi petugas dan warga binaan," harapnya. 

Menurutnya melukat ini adalah ritual menyucikan diri atau pembersihan diri untuk mendapat kebaikan dan menjauhkan diri dari unsur-unsur negatif.

"Melukat adalah tradisi leluhur yang harus dijaga masyarakat Bali. Guna membersihkan dan menyucikan diri. Umat Hindu di Bali percaya setiap manusia memiliki sifat kotor dalam diri dan harus dibersihkan. Dengan melukat ini membuang unsur-unsur negatif dalam diri manusia," ucap Jamaruli.  (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved