Human Interest Story
Kisah Astrid, Penari Ular dari Tabanan, Pernah Dicap Sombong
Sebelum pandemi Covid-19 dalam waktu satu bulan, Ni Putu Astridayanty mendapatkan job hingga 8 show
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menjadi penari ular bukanlah hal yang mudah.
Selain harus berhadapan dengan reptil berbisa, penari ular juga dituntut dapat mengedukasi masyarakat terkait ular.
Hal tersebut sudah dilakoni Ni Putu Astridayanty atau yang akrab disapa Astrid sejak 2006.
Ibu tiga anak tersebut mulai menceritakan kisahnya ketika menjadi seorang penari ular.
Baca juga: Tumpek Wayang di Pura Jagatnatha Denpasar, Kisah Penyelamatan Bathara Kumara oleh Dalang
"Jadi biasanya saya hanya melakukan snake show dan sekaligus MC pada acara. Ya selama pandemi ini memang minus pendapatan dari snake show. Tidak seperti dulu," katanya kepada Tribun Bali, Sabtu 5 Maret 2022.
Sebelum pandemi Covid-19 dalam waktu satu bulan, wanita asal Tabanan tersebut mendapatkan job hingga 8 show.
Namun saat ini, ada satu pertunjukan ular saja sudah sangat ia syukuri.
Tentunya kondisi ini sangat jauh jika dibandingkan sebelum Covid-19 memorak-porandakan Indonesia, khususnya Bali.
"Sangat jauh sekali, apalagi pandemi ini tidak ada acara ramai-ramai. Tidak ada event besar setelah pandemi," tambahnya.
Dalam sekali manggung, Astrid biasanya bersama dengan timnya, dua hingga tiga orang.
Dan biasanya sekali show ia bisa mendapatkan Rp 2 juta.
Namun tak jarang ada beberapa penyelenggara acara yang memang hanya memiliki bujet di bawah Rp 2 juta.
Astrid pun tak mempermasalahkan hal tersebut.
Pekerjaan snake show ini ternyata hanya pekerjaan sampingan Astrid.
Pekerjaan ini ia lakoni karena memang sejalan dengan hobinya.