Berita Karangasem
KISAH Kongking Olah Buah Salak Menjadi Kopi hingga Cuka di Desa Sibetan Karangasem
Pria yang sebelumnya bekerja di sektor pariwisata ini mulai dikenal publik lantaran kemampuannya mengolah buah salak menjadi minuman. Satu
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI. COM, AMLAPURA - Nyoman Mastra (54) nama lengkapnya. Biasanya disapa Kongking.
Pria yang sebelumnya bekerja di sektor pariwisata ini mulai dikenal publik lantaran kemampuannya mengolah buah salak menjadi minuman. Satu diantaranya kopi, teh, cuka, kurma salak.
Pria asli Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem ini menceritakan sejarah awal temuannya.
Ide mengolah salak menjadi kopi bermula dari anjing yang makan salak.
Baca juga: Pemukuran Hill Jadi Tempat Favorit Berswafoto di Desa Sibetan Karangasem
Isi salak dimakan, sedangkan bijinya berserakan di bawah pohon. Lalu biji salak itu diambil dan dibungkus daun talas untuk dipakai bibit
"Dihari yang bersamaan saya melihat kelelawar makan kopi. Biji kopi berserakan dekat pohon. Waktu itu saya ambil pakai daun talas juga. Dari sini muncul ide mengolah biji salak menjadi kopi," kata Mastra ditemui di warungnya, Minggu (6/3/2022) siang.
Dari sini percobaan kecil - kecilan dimulai. Awalnya biji salak dijemur, lalu disangrai.
Sayangnya uji coba tak membuahkan hasil. Biji salak yang ukurannya lebih besar dari biji kopi tidak matang.
Setelah itu muncul ide memotong biji salak sampai ukurannya kecil seperti serupai biji kopi.
"Biji salak dipotong - potong hingga ukuran serupa biji kopi. Lalu disangrainya. Biji salak pun matang. Lalu biji salak ditumbuk hingga jadi kopi. Awalnya saya tak berani minum, khawatirnya keracunan. Akhirnya biji yang ditumbuk dicampurkan ke nasi, diberikan anjing,"kata Kongking, sapaannya
Saat diberi anjing, ternyata tak apa - apa. Mulai dari sanalah berani mengkonsumsi kopi salak.
Sempat menginfokan ke warga, tapi tak dipercaya.
Akhirnya uji coba itu dilanjutkan ke penelitian. Ternyata hasilnya, dalam biji salak tidak terkandung zat berbahaya. Ada kandungan antioksidan.
"Peneliti dari poltekkes datang ke Sibetan, dan meneliti ini. Setelah diteliti ke Denpasar ternyata kandungan antioksidan tinggi. Dari peneliti meminta melanjutkan karena tidak ada kandungan bahaya. Temuan ini di tahun 2011," jelas pria 3 anak ini.
Baca juga: 173.356 Orang Sudah Terima Vaksin Booster di Denpasar, Tertinggi di Bali, Karangasem Paling Bontot
Akhirnya temuan biji salak terus dikembangkannya.