Berita Denpasar
Sabuh Mas Hingga Pagerwesi, Berikut Ini Piodalan Pada Wuku Sinta
Setelah berakhirnya wuku terakhir dalam pawukon, yaitu wuku Watugunung maka umat Hindu, khususnya di Bali
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Setelah berakhirnya wuku terakhir dalam pawukon, yaitu wuku Watugunung maka umat Hindu, khususnya di Bali menyambut kedatangan kembali ke wuku awal yaitu wuku Sinta.
Dalam lontar Sundarigama, dijelaskan ada beberapa hari suci yang jatuh pada wuku Sinta ini.
Diantaranya adalah Soma Ribek, Sabuh Mas, dan Pagerwesi.
Baca juga: JADWAL Libur Bersama dan Tanggal Merah Idul Fitri 2022
Baca juga: Makna Soma Ribek dan Kaitannya Dengan Saraswati Hingga Pagerwesi Dalam Hindu Bali
Baca juga: JAM Kerja PNS Berubah Selama Bulan Ramadan 1443 Hijriah, Ini Rinciannya
Soma Ribek jatuh pada Senin Pon wuku Sinta, dan merupakan hari suci bagi Sang Hyang Sri Amerta atau dewa-dewi kesuburan dan kemakmuran.
Dimana beliau beryoga atau berstana di lumbung, yaitu tempat penyimpanan beras.
Kemudian berstana pula di Gedong Sri di pura desa atau bale agung.
Oleh sebab itu, saat Soma Ribek ini umat Hindu akan menghaturkan sesajen dan melakukan persembahyangan.
Ada pula mitos, bahwa saat Soma Ribek, umat Hindu dilarang menjual beras dan menumbuk padi.
Sebab mitosnya akan dikutuk oleh Bhatara Sri.
Mitos lainnya bahkan dilarang tidur pada siang hari.
Beberapa sesajen yang patut dihaturkan saat Soma Ribek adalah nyahnyah, geti-geti, geringsing, raka pisang mas, serta canang wangi-wangi.
Makna dan tujuan dari hari suci Soma Ribek ini adalah untuk membangkitkan kesadaran dalam mendalami hakekat batin sebagai sumber pencerahan jiwa yang suci.
Dengan memuja Sang Hyang Pramana.
Untuk itu, saat Soma Ribek diharapkan umat Hindu benar-benar harus sadar dan tidak bermalas-malasan.
Sehingga hadirlah kebijaksanaan dalam diri, keramahan dan kelembutan sesuai dengan sifat Soma atau bulan yang sempurna memenuhi diri setiap umat atau ribek.