Berita Buleleng
Kubutambahan Buleleng Jadi Wilayah Tertinggi Kasus Kebakaran Lahan
Kepala Bidang Pemadaman, Penyelamatan dan Sarana Prasarana Dinas Damkar Buleleng, I Ketut Cantyana dikonfirmasi Minggu 3 April 2022 mengatakan
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Kasus kebakaran di Buleleng mengalami penurunan sejak pandemi Covid-19.
Hal ini terjadi lantaran penerapan PPKM, yang membuat masyarakat lebih sering berada di rumah, sehingga pengawasan lebih optimal dilakukan.
Namun sejak empat tahun terakhir, kebakaran tertinggi terjadi di Kecamatan Kubutambahan.
Kepala Bidang Pemadaman, Penyelamatan dan Sarana Prasarana Dinas Damkar Buleleng, I Ketut Cantyana dikonfirmasi Minggu 3 April 2022 mengatakan, pada 2019 lalu kasus kebakaran yang terjadi di Buleleng berada di bawah 100 kasus.
Baca juga: Kisah Made Santika, Pembuat Dendeng Babi Asap di Buleleng, Berawal Anaknya Dirumahkan karena Pandemi
Sementara 2020 meningkat jadi 250 kasus. Sementara pada 2021 menurun menjadi 128 kasus.
Dari kasus-kasus tersebut, sebagian besar kebakaran terjadi pada lahan kering.
Di mana, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pihaknya, kebakaran di lahan kering kerap terjadi di wilayah Kecamatan Kubutambahan.
Hal ini ungkap Cantyana, terjadi lantaran saat memasuki musim kemarau, petani di wilayah tersebut tidak langsung memotong tanamannya seusai panen.
"Jadi petani di Kubutambahan itu kalau sudah panen seperti jagung contohnya, tanamannya tidak langsung dipotong dan dibersihkan. Jadi tanaman itu dipenuhi semak belukar. Ladang dibersihkan saat jelang musim hujan. Dibersihkan dengan cara dipotong atau dibakar. Fatalnya saat membakar itu tidak diawasi, sehingga api merembet," terangnya.
Selain di Kubutambahan, wilayah yang kerap terjadi kebakaran ialah Kecamatan Buleleng.
Baca juga: Kondisi Labil, Korban Pemerkosaan Ayah Kandung di Buleleng Diberikan Pendampingan Psikolog
Namun di Kecamatan Buleleng kebakaran lebih cenderung terjadi pada bangunan akibat korsleting listrik, serta api dupa.
"Kalau di kota, rumah-rumah itu masih banyak yang menggunakan kabel tidak standar SNI. Dupa juga kerap jadi pemicu. Dupa biasanya ditaruh pelangkiran, kemudian habis sembahyang pemilik rumah pergi. Dupa itu kemudian jatuh dan mengenai benda-benda yang mudah terbakar seperti karpet, sofa," ungkapnya.
Pada Januari hingga Maret 2022 ini, kebakaran dikatakan Cantyana minim terjadi. Petugas lebih sering melakukan kegiatan penyelamatan non kabakaran.
Seperti mengevakuasi binatang liar mulai dari tawon, ular, anjing luar dan penanganan pohon tumbang.
Baca juga: Ketut Rijasi Ditemukan Sudah Tak Bernyawa di Dasar Jurang Wilayah Buleleng
"Ya saat ini kan masuk musim hujan, jadi laporan yang kami terima lebih banyak ke evakuasi binatang liar seperti ular. Sejak Maret ini ada 55 kasus penyelamatan non kebakaran yang kami lakukan," ucapnya.