Berita Denpasar
Tumpek Landep Pembawa Berkah bagi Jasa Cuci Motor, Sehari Widana Dapat Cuci hingga 50 Motor
Tumpek Landep Pembawa Berkah Jasa Cuci Motor, Sehari Widana Dapat Cuci hingga 50 Motor
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Widyartha Suryawan
Saat Tumpek Landep, kita akan melihat orang-orang ramai datang ke tempat cuci motor atau mobil untuk mencuci kendaraan mereka.
Motor atau mobil itu selanjutnya akan diupacarai atau dibantenin.
Padahal jika ditelisik maknanya lebih dalam, Tumpek Landep menurut Wakil Ketua PHDI Pinandita I Ketut Swastika memiliki makna otonan atau upacara untuk sarwa (benda) lancip, seperti keris, tombak, dan juga peralatan perang lainnya.
Bukan itu saja, Tumpek Landep juga memiliki makna ngelandepang idep atau menajamkan pikiran. Di Bali, semua siklus peralihan selalu mendapat peralihan khusus dari masyarakat.
Misalkan saat penghabisan siklus pawukon yaitu Watugunung bertemu dengan akhir siklus saptawara atau Saniscara (Sabtu) dimaknai dengan perayaan Saraswati.
Begitu pulalah dengan siklus akhir pancawara yaitu Kliwon dengan siklus akhir saptawara yaitu Saniscara (Sabtu). Pertemuan siklus akhir pancawara dan saptawara menjadilah tumpek.
Selanjutnya disesuikan dengan pawukon, seperti saat ini tepat dengan wuku landep sehingga disebutlah Tumpek Landep.
Secara tekstual, menurut Dosen Bahasa Bali Unud Putu Eka Guna Yasa, sebagaimana yang termuat pada Lontar Sundarigama, saat Tumpek Landep ini kita memuja Bhatara Siwa dan Sang Hyang Pasupati nunas (meminta) kasidian atau kekuatan atas senjata-senjata perang.
"Karena saat jaman kerajaan, senjata menjadi sangat penting bagi suatu kerajaan untuk mempertahankan dirinya dari serangan musuh. Sehingga patutlah Tumpek Landep ini digunakan sebagai momentum untuk recharging yaitu dengan upacara selain diasah," kata Guna.

Akan tetapi dewasa ini, berperang tidak lagi menggunakan senjata akan tetapi berperang dengan jnana dan idep.
Kita berperang dengan nalar dan pikiran, maka pikiran harus direcharging atau dipertajam baik secara pengetahuan maupun rohaniah.
Itulah sebabnya mantra yang dibaca saat Tumpek Landep adalah mantra danurdhara. Danurdhara sendiri merupakan pasukan pemanah.
"Dalam Kakawin Ramayana disebutkan 'ikanang danurdhara kabeh' atau pasukan khusus yang menguasai senjata panah. Dan tradisi kita menganggap panah sebagai simbol ketajaman konsentrasi pikiran. Secara fisik, memang disimbolkan dengan panah, padahal yang dimaksudkan juga manah atau konsentrasi pikiran," imbuhnya.
Oleh karena itu dalam momen Tumpek Landep kita juga harus ngelandepang idep atau mempertajam pikiran.
Berbicara mengenai penajaman pikiran ini, menurut Guna, tak ada salahnya belajar pada sosok Arjuna anak ketiga dari pasangan Pandu dengan Dewi Kunti dalam epos Mahabharata.