Berita Denpasar

Pecalang Kota Denpasar Amankan Aksi Demo Mahasiswa di Renon

Pecalang Desa Adat Tanjung Bungkak dan Intaran Amankan Aksi Demo Mahasiswa di Renon Denpasar

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Firizqi Irwan
Pecalang mengamankan aksi demo Cipayung Plus se-Bali x Mahasiswa di Renon, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, Rabu 13 April 2022 sore. Pecalang Kota Denpasar Amankan Aksi Demo Mahasiswa di Renon 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -  Pecalang Desa Adat Tanjung Bungkak dan Intaran Amankan Aksi Demo Mahasiswa di Renon Denpasar.

Aksi demo yang tergabung dalam Cipayung Plus se-Bali x Mahasiswa di Renon, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali pada Rabu 13 April 2022 sore.

Dihadiri setidaknya 50 peserta aksi yang tergabung dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

Lalu ada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI), dan Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). 

Aksi mereka berlangsung dari parkir timur Renon menuju ke pintu masuk Bajra Sandhi, depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali dan di depan kantor Gubernur Bali.

Baca juga: Minta Mahasiswa Tak Demo, Hanura Bali Komitmen Kawal Masa Jabatan Jokowi 2 Periode

Mahasiswa yang melaksanakan orasi mendapatkan penjagaan dari petugas keamanan desa adat Bali yakni pecalang. 

Menurut Putu Adi Nayana selaku perwakilan pecalang Desa Adat Tanjung Bungkak, Sumerta Kelod, Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, saat ditemui disela-sela orasi, mengatakan pihaknya tidak melarang ada aksi demo seperti yang dilakukan para mahasiswa hari ini, Rabu 13 April 2022.

"Terus terang kami dari desa adat tidak pernah melarang aksi para mahasiswa, karena mereka juga punya hak untuk berpendapat. Jadi disini kami sebagai pecalang desa adat hanya mempunyai tugas mengamankan wewidangan atau wilayah kami," ujar Putu Adi, Rabu 13 April 2022.

Lanjutnya, wilayah Renon masuk kawasan spesifik center atau wilayah yang masuk kawasan berbudaya dan tempat yang dilestarikan.

Sehingga penjagaan yang dilakukan pecalang desa adat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

"Jadi yang kami takutkan, yang menjadi tanggung jawab besar kami adalah ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mohon maaf, itu sangat menjadi PR besar bagi kami untuk ke depannya melakukan ritual-ritual mecaru,  akan banyak biaya yang kami keluarkan dan banyak melibatkan krama-krama desa kami," tambahnya.

Lanjut Putu Adi, pihaknya dari 8 personel dibantu pecalang Desa Adat Intaran dan pecalang Kota Denpasar yang dihadiri Bendesa serta Kepala Desa Adat Tanjung Bungkak

"Jadi kami ada di sini hanya menjaga, mengamankan wewidangan wilayah desa adat kami. Tepatnya desa adat ring Desa Adat Tanjung Bungkak," terangnya.

Mengenai orasi, ia mengatakan kurang memahami persoalan apa saja yang disampaikan mahasiswa.

"Kami dari desa berharap, jika mereka melakukan orasi, silakan, tapi dengan baik. Apalagi mereka masih proses, masih mahasiswa, tahu proses. Berproseslah dengan baik seperti menyampaikan ke DPRD, silakan menyampaikan sebagaimana mestinya. Seperti bersuratlah," pungkas Putu Adi. 

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved