Human Interest Story
Kisah Ni Made Moni, 20 Tahun Dedikasikan Diri untuk Anak-anak di Panti Asuhan
Sudah 20 tahun Ni Made Moni (70), mengabdikan diri untuk anak-anak di Panti Asuhan.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG- Sudah 20 tahun Ni Made Moni (70), mengabdikan diri untuk anak-anak di Panti Asuhan.
Berbagai suka dan duka ia telah lalui, demi membesarkan anak-anak yatim piatu maupun dari keluarga kurang mampu.
Ni Made Moni sedang mejejaitan saat ditemui di Panti Asuhan Dharma Jati di Desa Bakas, Banjarangkan, Klungkung, Selasa (20/4).
Baca juga: Majelis Hakim Tipikor Belum Siap Amar Putusan, Pengurus LPD Desa Ped Klungkung Batal Sidang Vonis
Baca juga: Anggarkan Rp 600 Juta, Klungkung Tampilkan 4 Kesenian Saat PKB 2022
Dengan ramah, wanita lanjut usia itu menyapa Tribun Bali dan mempersilakan untuk berkeliling di sekitar panti asuhan.
"Panti asuhan ini sudah beroperasi sejak tahun 1985. Khususnya saya sudah 20 tahun mengurus panti asuhan ini," ujar Ni Made Moni.
Ia bercerita, awalnya dirinya membuat usaha studio foto di Denpasar.
Lalu 20 tahun lalu, ia pulang ke Desa Bakas untuk mengurus Panti Asuhan Dharma Jati I yang didirikan kakaknya.
"Saya tutup usaha studio foto, karena kepala panti asuhan sebelumnya tidak betah. Lalu saya yang kelola panti asuhan ini," ungkapnya.
Ia berjalan pelan, lalu menunjukan kandang babi yang ada di belakang panti asuhan.
Di sekitar kandang itu, ada beberapa anak panti asuhan yang sedang bersih-bersih.
Ia sengaja mendidik anak di panti asuhan untuk mandiri dengan beternak babi.
Selain untuk belajar mandiri, babi yang dipelihara juga bisa dijual untuk operasional panti asuhan.
Terlebih saat situasi sulit karena pandemi Covid-19.
"Selama pandemi ini situasi sangat sulit. Kami harus menjual babi peliharaan untuk biaya di panti asuhan. Termasuk kelapa di kebun juga saya jual agar operasional panti asuhan berjalan," jelasnya.
Dia yang dulu memiliki tabungan pribadi yang biasanya digunakan untuk kebutuhan mendadak di panti, kini telah habis untuk memenuhi biaya operasional.
Sehingga akhir-akhir ini, dia kerap menjual hasil bumi yang digarap oleh beberapa warga.
“Kami tidak ada donatur tetap. Orang tua saya punya sawah yang digarap orang lain, dari bagi hasil itu saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan di panti saat ini. Syukurnya tidak sampai kekurangan, dan kebutuhan anak-anak juga terpenuhi. Saya percaya jika kita lakoni dengan ikhlas, pasti selalu dilancarkan," jelasnya.
Pengorbanan dari Ni Made Moni untuk panti asuhan bukan tanpa alasan.
Ia sejak awal mengurus Panti Asuhan Dharma Jati I di Desa Bakas, mempunyai komitmen untuk menjadi wanita yang berguna.
Terlebih ia sudah ditinggal suaminya sejak 30 tahun lalu, yang membuatnya harus menjadi orang tua tunggal bagi 4 orang anaknya.
"Saya selalu ingat pesan orang tua saya, tidak apa membantu anak-anak di panti asuhan. Karena ikhlas dan karmanya akan baik," ungkapnya.
Ia ingin menjadi contoh, jika hidup harus berbagi dan barguna bagi lingkungan sekitar.
Hari Kartini baginya sangatlah spesial.
Ia mengingatkan tidak ada lagi perbedaan antara wanita dan pria.
Bahkan ia mengajak para kaum wanita untuk terus berdedikasi dan menjadi orang yang beguna untuk keluarga dan lingkungan sekitar.
"Wanita harus tetap semangat dan maju. Lakukan hal positif, karena kita kaum yang kuat," tegasnya dengan mata berkaca-kaca.
(*)