Berita Karangasem
Bocah 11 Tahun Meninggal Akibat Terjangkit DBD, Sempat Dirawat di ICU Sebelum Hembuskan Nafas
Bocah 11 Tahun Meninggal Akibat Terjangkit DBD, Sempat Dirawat di ICU Sebelum Hembuskan Nafas.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Marianus Seran
TRIBUN BALI. COM, AMLAPURA- Bocah asal Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, I Kadek SD (11), meninggal dunia setelah terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) Rabu (11/5/2022).
Lelaki kelas V SD menghembuskan nafas terakhir setelah dapat perawatan medis di RS Balimed, Karangasem.
Info dilapangan, awalnya yang bersangkutan hanya mengalami demam biasa.
Akhirnya korban diberikan paracetamol untuk menurunkan demam.
Suhunya menurun. Kemudian bersangkutan diajak menjenguk kakak yang di diagnosa DBD, dan menjalani prawatan medis di Balimed.
Baca juga: PRANK Kasus Penculikan, Polisi Masih Tunggu Hasil Tes Psikologi DAT dan Mertua
Keluarga korban tak menyadari jika bersangkutan kena DB.
Akhirnya korban dibawa ke RS Balimed untuk pengecekan.
Hasilnya, korban terjangkit DBD. Korban langsung dirawat beberapa hari.
Bocah ini sempat masuk ICU sebelum hembuskan nafas terakhirnya pagi tadi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Karangasem,Gusti Bagus Putra Pertama, membenarkan, ada info bocah yang meninggal karena DBD.
Tetapi bersangkutan mengaku belum mendapat laporan resmi.
"Info ada. Tapi belum dapat laporn resmi dari Puskesmas,"kata Pertama, Rabu (11/5/2022).
Untuk di Desa Bungaya sempat ditemukan beberapa kasus.
Baca juga: Erthan Dipulangkan ke Turki, Buntut WNA Jatuh dari Kapal Pesiar & Terdampar di Rumpon
Diantaranya bocah brusia 11 tahun. Tim surveilan sudah melakukan penelitian epidemologi, dan sempat melaksanakan fogging untuk mengantisipasi penyebaran kasus DBD di Bungaya yang beberapa hari ini meningkat.
"Untuk di Desa Bungaya sempat meningkat kasusnya.
Ini lantaran cuaca yang berubah - ubah. Sekarang hujan, besoknya panas.
Ini pemicu meningkatkan penyebaran nyamuk aedes aegypti,"akui Gusti Bagus Pertama, pejabat dari Kecamatan Sidemen.
Untuk kasus DBD di Karangasem triwulan I 2022 mengaalami peningkatan dibandingkan triwulan I 2021.
Dari Bulan Januari sampai 11 Mei 2022 jumlah kasusnya sudah meencapai 314 kasus, sedangkan 2021 selama setahun capai 185 kasus. Tersebar di 8 Kecamataan.
Rincian kasus DBD tahun 2022 yakni Bulan Januari sebanyak 81 kasus, Bulan Februari 62 kasus, Maret 52 kasus, terbanyak yakni Bulan April mencapai 100 kasus, dan Mei sekitar 19.
Kemungkinan jumlah kasus trsebut akan terus mengalami peningkatan di Kabupatrn Karangasem.
Meningkatnya kasus DBD di Karangasem karena siklus lima tahunan.
Cuaca yang berubah - ubah menjadi pemicu naiknya kasus DBD di Karangasem.
"Nyamuk aedes aegypti biasanya berkembang jika ada genangan air sekitar rumah,"ungkap I Gusti Pertama, sapaan akrabnya.
Ditambahkan, dari 177 kasus yang ditemukan paling banyak di Kecamataan Karangasem, hampir 84 kasus.
Sedangkan sisanya tersebar dibeberapa Kecamatan di Karangasem.
Diantaranya Kecamatan Bebandem, Manggis, Kubu, Sidemeen, Abang, Selat, dan Kecamatan Rendang.
Untuk capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kab. Karangasem sudah capai 93 persen.
Angka ini masih dibawah taarget.
Seharusnya ABJ mencapai 95 persen ke atas.
Melejitnya DBD di Karangasem belum dinyatakan sebagai kasus luar biasa.
Petugas terus melakukan penangganan.
Untuk menekan kasus DBD di Karangasem, pemerintah daerah sudaah aktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Pemberantasan DBD di setiap desa.
Hal itu perlu dijalankan agar Kab. Karangasem bisa menekan penyebaran DBD setiap tahunnya secara konsisten.
Selain itu mengelar sosialisasi 3 M, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), & kegiatan fogging.
Petugas Dinas Kesehatan juga rutin melakukan fogging.
Kegiatan difokuskan ke daerah yang sudah ada kasus DBD.
"Fogging dilakukan rutin. Warga rutin bersihkan lingkungan,"tambah Pertama.(*)