Berita Denpasar
Side Event Internasional Seminar Presidensi G20, Bahas Pihak Terdampak Pandemi & Digitalisasi
Side Event International Seminar Presidensi G20 Indonesia dengan tema ‘Digital Transformation For Financial Inclusion Of Women,
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Side Event International Seminar Presidensi G20 Indonesia dengan tema ‘Digital Transformation For Financial Inclusion Of Women, Youth, and MSMEs to Promote Inclusive Growth’ diselenggarakan di Hotel Mulia, Nusa Dua, Bali pada, Rabu 11 Mei 2022.
Seminar Internasional ini turut dibuka langsung oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dan Guberner Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Tema dari seminar ini adalah membahas pihak-pihak yang terdampak krisis Pandemi Covid-19 seperti perempuan, kawula muda, dan small entrepreneurship (UMKM).
Baca juga: Prakiraan Cuaca Jumat 13 Mei 2022, Diprediksi Akan Hujan Lebat Hingga Kilat & Angin Kencang
Baca juga: Kasus Hepatitis Akut Belum Terdeteksi di Bali, Wagub Cok Ace : Sudah Antisipasi
Ketika ditemui, Febrio Nathan Kacaribu selaku Kepala BKF Kementrian Keuangan mengatakan, acara ini merupakan working group yang melihat inklusi keuangan yang terjadi selama Pandemi Covid-19.
“Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI) jadi konteksnya adalah working group yang melihat financial inclusion yang memang saat ini menjadi topic yang sangat penting bagi G20 di Indonesia. Karena kita melihat pandemic sejak 2020 lalu 2021 mayoritas seluruh dunia masih mengalami pandemic Covid-19, krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemic ini menyebabkan tidak merata antar Negara. Sampai saat ini banyak Negara yang belum pulih. Sampai saat ini Indonesia termasuk salah satu yang sudah pulih,” ungkapnya.
Dalam konteks ini yang terlihat sangat berdampak adalah perempuan, kawula muda, juga small entrepreunership (UMKM).
Sementara pada acara G20 Presidensi Indonesia menggunakan 3 topik utama yakni health (kesehatan), terkait digitalisasi, dan transisi energy.
Ini adalah salah satu logika yang penting, dimana digitalisasi itu membantu mendukung dan menopang bagaimana pemulihan ekonomi khsusunya untuk kelompok yang ter-marginalisasi.
Dalam konteks ini yang paling banyak berdampak krisis itu adalah perempuan, kawula muda, juga small entrepreunership (UMKM).
Ditemui ditempat yang sama, Yunita Resmi Sari selaku Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia menjelaskan dalam hal ini, Bank Indonesia memegang dua peran yakni pada sisi supply dan demand.
Dalam hal supply, Bank Indonesia sudah membangun beberapa infrastruktur seperti Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
“Itu adalah suatu pintu masuk dari UMKM kita untuk masuk ke ekosistem digital. Karena melalui QRIS ini UMKM kemudian bertransaksi secara digital dan terhubung dengan lembaga keuangan. Karena uang tersebut akan masuk kedalam record perbankan, bagaimana transaksi yang dilakukan oleh UMKM sehingga perbankan dapat menilai financial visibility dari UMKM,” Kata, Yunita.
Lebih lanjutnya Yunita memaparkan, BI juga membuat sistem BI Fast Payment yang digunakan untuk retail payment system selama 24 jam 7 hari.
Sementara dari sisi Demand, Bank Indonesia juga memiliki program agar UMKM siap masuk kedalam ekosistem digital.
Pihaknya juga telah melakukan on boarding UMKM yang bekerjasama juga dengan berbagai platform. Penguatan tersebut yang dilakukan sehingga UMKM siap untuk terhubung dengan e-commerce.
Hal tersebut juga berlaku pada sisi marketing maupun untuk system pembayaran dan pinjaman yang terkait dengan digital. Ia pun tak memungkiri kegiatan inovasi digitalisasi ini menimbulkan resiko.
“Jadi ada inovasi ada resiko. Untuk itu BI mem-ballance nya dengan kita menerapkan prinsip-prinsip perlindungan konsumen. Jadi kita ada financial protection, disitu BI membuat suatu regulaty reform. Jadi membangun suatu kerangka peraturan, kita menerbitkan peraturan Dewan Gubernur yang menjadi dasar kita untuk melakukan perlindungan konsumen. Kita melakukan upaya perlindungan konsumen ini melalui tiga hal mulai dari penguatan, kemudian pengawasan ini khususnya untuk system pembayarannya karena ini menjadi kewenangan Bank Indonesia,” tambahnya.
Dalam acara tersebut turut hadir, Komang Sukarsana selaku Owner Bali Arabica Kintamani yang menjadi narasumber untuk acara digitalisasi tersebut.
Dalam acara tersebut ia turut membahas bagaimana caranya agar produk UMKM dapat go export dan bagaimana mulanya ia mengawali UMKM Kopi Kintamaninya.
“Hari ini saya diberikan kesempatan untuk menjadi salah satu narsum, jadi ada beberapa hal yang saya bahas disini. Yakni sebagai pelaku UMKM Bali jadi bagaimana kita memasuki dunia digital sebagai solusi pemasaran dimasa Pandem. Kedua, bagaimana kita selaku UMKM itu memiliki kiat atau strategi yang kiranya mampu meenjadi UMKM yang do Global atau go export. Dan disini saya banyak juga bercerita dorongan dari Bank Indonesia, karena saya sendiri sebagai UMKM Bank Indonesia Bali,” jelas, Komang.
Di bulan April 2022 lalu, Komang sempat diundang dan pergi ke Inggris untuk mengikuti Festival Kopi London ‘London Canton Fair’.
Disana Komang mengatakan banyak mendapatkan opportunity (peluang) untuk lebih mengembangkan UMKM kopinya. Opportunity inilah yang ia sharing dengan peserta seminar.
Salah satu nya adalah bagaimana dengan mengikuti kegiatan kopi festival internasional.
Paling tidak UMKM Bali sudah mempromosikan kopi Indonesia khususnya Kintamani ke kancah Internasional.
(*)