Berita Karangasem

Harga Sapi Alami Kenaikan Jelang Idul Adha Ditengah Ancaman Wabah Penyakit Mulut dan Kaki

Harga Sapi Alami Kenaikan Jelang Idul Adha Ditengah Ancaman Wabah Penyakit Mulut dan Kaki.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Marianus Seran
ist
Tingkatkan populasi sapi, Distanak Gianyar target 8.500 inseminasi 

 

TRIBUN BALI. COM, AMLAPURA - Harga sapi di Karangasem  meengalami peningkatan jelang Idul Adha.

Perekornya  naik sekitar 1 sampai 2 juta sejak beberapa bulan lalu, dan kemungkinan  terus alami peningkataan serta permintaan  akan naik. 

Mengingat Idul Adha tinggal satu bulan.

Zulfika, peternak  sapi asal Kecamatan Bebandem, mengungkapkan, harga sapi masih normal.

Malah alami peningkatan dari beberapa bulan yang lalu.

Harga sapi yang biasanya 15  jutaan, naik jadi 16 juta.

Baca juga: Anjing Rabies Serang 7 Warga, Empat Desa Zona Merah, Vaksin Tak Kunjung Tiba, Tabanan Terancam

Dan kemungkinan harganya akan terus alami kenaikan karena permintaan naik.


"Harga sapi di Bali masih normal. Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) belum ada pengaruh ke harga sapi di Kabupaten Karangasem.

Penyebaran penyakit  mulut dan kaki belum sampai ke Bali,"kta Zulfika, Senin (16/5/2022) siang.


Pihaknya menduga, harga sapi meningkat kemungkinan menjelang Hari Raya Qurban (Idul Adha).

Permintaan sapi meningkat. Sehingga harga perekornya pun naik.

Kondisi seperti ini terjadi tiap tahun jelang hari raya.  Untuk sapi jantan harga perekornya naik drastis, tergantung beratnya. 


"Kemungkinan permintaan sapi meningkat. Saudagar juga sudah mulai mencari sapi persiapan jelang Idul Adha,"harap Zulfika.

Tahun sebelumnya, beberapa peternak sapi di Karangasem  kesulitan melayani  pembeli mengingat permintaan naik. Terutama dari luar Bali dan Karangasem.


Kabid Pengendalian dan Penanggulangan Bencana (PPB), Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Karangasem, Putu Gede Suata Berata, mengatakan, harga sapi perekornya masih normal dan stabil.

Petugas  dilapangan belum  melaporkaan harga sapi terkini usai PKM. 


"Harga sapi masih stabil, dan aman. Petugas akan terus pantau dan mengawasinya,"tambah Putu Gede Suata Berata, mantan Kabid di Dinas Ketahanan Pangan Karangasem.

Pihaknya juga berharap kasus PMK tidak masuk ke Kab. Karangasem.

Baca juga: HUT Kota Bangli, Penyewaan Stand UMKM Diperpanjang Hingga Akhir Mei 2022


Ditambahkan, petugas tetap melakukan langkah untuk mengantisipasi penyebaran PMK di Kabupaten Karangasem.

Diantaranya pengawasn terhadap hewan ternak yang rawan kena PMK di Karangasem.

Seperti Kecamatan Rendang dengan populasi sapi trbesar di Karangasem, dan Kecamatan Bebandem.


Keluar masuknya ternak di Kabupaten Krangasem  perlu dijaga untuk antisipasi penyebaran PMK.

"Saya masih belum mengetahui detail terkait penyebarannya.

Ini adalah langkaah awal untuk antisipasi PMK. Semoga Karangasem tetap aman, dan tak ada ditemukan kasus ini,"harap Suata Berata.


Pihaknya juga menghimbau warga Karangasem  yang memiliki ternak untuk selalu membersihkan kandang. Harapannya agar penyebaran PMK tidak ada.

Apalagi Karangasem salah satu Kabupaten di Bali yang memiliki kualitas ternak bagus, terutama sapi. Harapannya ternak tetap sehat.


Untuk diketahui, populasi ternak terutama sapi bali di Kabupaten Kaarangasem meningkat sejak 2021 pasca dilaksanakan inseminasi buatan melalui program pemerintah yakni sapi komoditas andalan negeri (sikomandan).

Percepatan reproduksi terus dilaksanakan untuk menambah populasi.


Daerah di Karangasem dengan populasi sapi terbesar yakni di Kecamatan Rendang.

Seperti di Desa Pempatan, Besakih, Nongan, Pesaban, hingga Desa Rendang.

 

Populasi Sapi Bali di Kecamatan Rendang setiap tahun naik. Mengingat lahan hijau cukup luas, ditambah geografis wilayah mendukung.(*)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved