Berita Bangli
Kisah Perajin Tikar Tradisional Bali di Bangli, Tetap Lestari di Tengah Sengitnya Persaingan
Tikar berbahan anyaman daun pandan merupakan salah satu produk masyarakat Bali yang memanfaatkan bahan alami
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Tikar berbahan anyaman daun pandan merupakan salah satu produk masyarakat Bali yang memanfaatkan bahan alami.
Tikar tradisional ini masih terus dilestarikan, walaupun digempur sengitnya persaingan dagang.
Di Bangli, wilayah Banjar Tanggahan Talang Jiwa yang berlokasi di wilayah Desa Demulih, Kecamatan Susut merupakan sentranya tikar tradisional Bali.
Salah satu perajin yang masih menekuni anyaman tikar tradisional Bali yakni Ni Nyoman Lusin.
Baca juga: Kisah Atlet Asal Bali Sukses di SEA Games Vietnam, Serma Dewa & Sertu Anny Pandini yang Berprestasi
Duduk di teras rumah, tangan wanita 50 tahun itu nampak cekatan menganyam helai demi helai daun pandan yang telah dikeringkan.
Dia mengaku sudah menggeluti anyaman tikar daun pandan sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Kata Nyoman Lusin, pembuatan tikar tradisional merupakan pekerjaan sampingan tatkala tidak ada kesibukan di Pura.
Biasanya ia mengerjakan anyaman daun pandan saat siang, atau sore hari usai mengurus pekerjaan rumah tangga.
Dengan pengalaman selama puluhan tahun, Nyoman Lusin bisa menyelesaikan satu lembar anyaman tikar tradisional dalam waktu kurang dari sejam.
Tikar ini memiliki panjang 2 meter dan lebar 1 meter.
"Kalau sehari biasanya bisa menyelesaikan tiga hingga empat lembar tikar," ucapnya saat ditemui Rabu 25 Mei 2022.
Walaupun proses menganyam tergolong cepat, Nyoman Lusin mengatakan, satu-satunya kendala dalam pembuatan tikar tradisional adalah cuaca.
Sedangkan bahan baku berupa daun pandan, tidak menjadi persoalan.
Mengingat daun pandan sangat mudah ditemui di Banjar Tanggahan Talang Jiwa.
Sembari menganyam, Nyoman Lusin menjelaskan proses menjadikan daun pandan agar siap digunakan, membutuhkan waktu cukup lama.