Berita Badung

Pengiriman Sempat Dihentikan, GUPBI Bali Catat Ada 12 Ribu Ekor Babi Dikirim ke Luar Pulau Bali

Pengiriman Babi keluar Bali sempat dihentikan sementara waktu oleh pemerintah. Hal itu buntut dari adanya dampak penyakit mulut dan kuku (PMK) yang me

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Harun Ar Rasyid
istimewa
Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Pengiriman Babi keluar Bali sempat dihentikan sementara waktu oleh pemerintah. Hal itu buntut dari adanya dampak penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak di Jawa Timur. 

Tidak hanya babi, PMK sebagian besar juga, dan yang dominan menyerang hewan ternak lainnya seperti sapi. Akibatnya, selain tidak dapat mengirim babi, harga lokal babi pun sempat turun drastis.

Bahkan dari informasi yang didapat selama seminggu kurang lebih ada 3 ribu ekor babi yang dikirim ke pulau jawa. Pengiriman dilakukan, mengingat harga jual lebih tinggi dan jumlah penjualan babi juga sangat banyak.

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hary Suyasa tak menampik hal tersebut. Pihaknya mengaku adanya virus PMK sangat berdampak pada penjualan babi ke pulau jawa.

"Untuk pengiriman terpengaruh, karena ini masuk wabah. Mengingat dalam seminggu kurang lebih ada 3 ribu ekor babi yang dikirim ke Jawa. Artinya dalam sebulan kurang lebih 12 ribu babi," jelasnya Kamis 2 Juni 2022.

Dirinya mengakui  pengiriman hewan ternak antar pulau pun sempat dihentikan selama satu bulan. Namun dengan adanya imbauan dan pengetatan biosecurity akhirnya kembali dibuka.

Baca juga: Mengenal Cuci Darah, Pengobatan untuk Para Pasien Penyakit Gagal Ginjal

Baca juga: Hot Transfer Juventus: Dybala Menyeberang ke Inter Milan, 3 Pemain Top Ini Ke Bianconeri?

Baca juga: Resep Nasi Goreng Seafood Beras Merah, Menu Sehat yang Nikmatnya Juara

"Kalau sekarang sudah aman. Waktu ini sebulan tidak bisa mengirim babi keluar. Peternak pun sempat khawatir akan kondisi tersebut, mengingat mereka bisa mengalami rugi total," bebernya.

Menurut dia, wabah PMK memang tidak seberat terpaan virus yang diduga African Swine Fever (ASF) yang melanda pada 2019 lalu. Pasalnya virus yang diduga ASF benar-benar mematikan babi. Hanya saja virus PMK tidak seganas virus yang sebelumnya.

"Kalau ASF itu kan sampai sekarang belum ada vaksin. Namun untuk PMK susah ada vaksinnya sehingga peternak tidak begitu takut dengan virus saat ini," jelasnya.

Kendati demikian, meski PMK sampai saat ini belum ditemukan di Bali, namun pihaknya berharap tidak ada hewan yang menderitanya. Pasalnya jika Bali terserang wabah tersebut, maka akan berpengaruh pada pengiriman ternak ke luar Bali.

"Peternak tidak takut babinya mati, namun yang ditakuti ketika Bali masuk zona merah PMK, pengiriman dibatasi, itu yang membuat peternak merugi total. Bahkan harga babi juga pasti turun drastis, dengan biaya pakan yang saat ini terus meningkat," imbuhnya. 

Pira asal Abiansemal Badung itu juga tidak menampik untuk tahun 2022 ini, dihantam dua virus sekaligus. Pandemi masih berlangsung, kemudian dihantam lagi PMK. "Semoga tidak meluas dan mempengaruhi pengiriman yang mengakibatkan turunnya harga babi," imbuhnya. (*)

BERITA LAINNYA

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved