Berita Klungkung
Tradisi Mepeed di Desa Adat Banjarangkan Kembali Dibangkitkan, Lebih dari 50 Tahun Tidak Digelar
Banjar Adat Nesa, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali, kembali melaksanakan ritual mepeed
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Banjar Adat Nesa, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali, kembali melaksanakan ritual mepeed, Kamis 9 Juni 2022.
Tradisi ini dibangkitkan, setelah tidak terlaksana selama lebih dari 50 tahun.
Kembali digelarnya tradisi ini, menarik antusiasme warga setempat.
Tampak wanita krama adat Banjar Nesa, antusias berjalan berbaris sembari menyunggi banten gebogan di kepalanya.
Baca juga: Rangkaian Karya Ngusaba di Pura Kehen, Pemkab Bangli Laksanakan Upacara Mepeed
Mereka berjalan beriringan dari Balai Banjar Adat Nesa, menuju areal Pura Baleagung Pura Kangin.
Uniknya mepeed ini kembali digelar, setelah hilang selama lebih dari setengah abad.
"Mepeed ini kami gelar serangkaian Karya Pujawali Nyatur di Pura Desa Baleagung Pura Kangin, Banjar Adat Nesa, Desa Adat Banjarangkan. Sebenarnya tradisi ini sudah ada sejak turun-menurun, namun sempat vakum selama bertahun-tahun," ujar Prajuru Adat Banjar Nesa, Anak Agung Gede Ngurah Astawa Putra, Jumat 10 Juni 2022.
Pihak prajuru adat setempat kembali menggelar tradisi ini setelah mendapatkan petunjuk secara niskala, dan menggali cerita dari para tetua terkait tradisi di Pura Desa Baleagung Pura Kangin.
"Dari cerita para tetua, tradisi mepeed ini memang sudah ada sejak turun temurun. Namun sekian lama sempat vakum. Karena sekarang dikaitkan dengan upacara nyatur, serta dibangkitkan lagi tetamian-tetamian (peninggalan) yang ada di Pura Kangin, maka tradisi ini dilaksanakan kembali," jelas Anak Agung Gede Ngurah Astawa Putra.
Pihaknya memaknai ritual itu sebagai wujud rasa syukur krama setempat atas anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Membangkitkan kembali tradisi itu juga sebagai bentuk melestarikan budaya yang sudah sempat hilang selama bertahun-tahun.
"Mepeed banten gebogan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar maupun pengendara yang melintas di Jalan Raya Banjarangkan. Karena mamang baru kembali dilaksanakan, setelah vakum bertahun-tahun," ucap Anak Agung Gede Ngurah Astawa Putra.
Setelah menggelar tradisi mapeed, krama Banjar Adat Nesa menghaturkan pujawali nyatur diiringi dengan tarian Rejang Dewa, Rejang Sari, Rejang Kesari dan tari Baris Gede.
"Pujawali dilaksanakan setiap enam bulan sekali bertepatan dengan Umanis Galungan. Setiap satu tahun sekali dilaksanakan upacara Nyatur yang mana upakaranya cukup besar," jelas Astawa Putra. (eka mita suputra)
Kumpulan Artikel Klungkung