Berita Buleleng

Tragis, Nyoman Puri Meninggal Diduga Karena Virus ini, Keluhan Tersedak, Nyeri, Takut Udara & Sinar

Tragis, Nyoman Puri Meninggal Diduga Virus ini, Keluhan Tersedak, Nyeri, Takut Udara dan Sinar

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Marianus Seran
Istimewa
Petugas saat melakukan eliminasi anjing liar, yang diduga kontak erat dengan anjing positif rabies di wilayah Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan, Jumat 6 Mei 2022. 

 


TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Kasus kematian diduga akibat rabies kembali terjadi di Buleleng.

Kali ini dialami oleh salah satu warga di Banjar Dinas Dajan Margi, Desa Sari Mekar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng bernama Nyoman Puri.

Wanita malang berusia  62 tahun ini meninggal dunia, setelah sempat dilarikan ke RSUD Buleleng. 

Baca juga: Persib Bandung Bakal Disanksi Rp 800 Juta, Gegara Aksi Bobotoh ini di GBLA, Arema FC Pernah Alami


Dirut RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha dikonfirmasi Senin (13/6) mengatakan, Nyoman Puri datang ke IGD RSUD Buleleng pada Sabtu (11/6) sekitar pukul 16.40 Wita.

Saat dilarikan ke IGD, kondisi Nyoman Puri sudah mengarah pada suspek rabies. 

Dengan keluhan tidak bisa menelan, tersedak bila minum air, nyeri pada betis kaki kanan hingga ke bokong, takut udara dan sinar.

Baru beberapa jam dirawat, Nyoman Puri kemudian meninggal dunia.  


Berdasarkan keterangan keluarga, ungkap dr Arya, Nyoman Puri rupanya memiliki riwayat gigitan anjing dua bulan yang lalu, atau pada 16 April 2022.

Anjing yang mengigitnya merupakan hewan peliharaan milik tetangganya.

Anjing tersebut juga rupanya sempat mengigit anak Nyoman Puri.

"Jadi anaknya juga sempat digigit pada bagian tangan kanan saat berusaha menolong ibunya," terang dr Arya. 


Saat mendapat gigitan tersebut, Nyoman Puri sudah melapor ke petugas kesehatan, dan disarankan untuk observasi anjing selama 14 hari.

Namun dihari ke empat, anjing tersebut juga sempat mengigit orang lain, sehingga pemilik anjing memutuskam untuk membunuh anjing tersebut.

Hal ini tidak diketahui oleh Nyoman Puri, sehingga ia tidak melapor ke Puskemas dan tidak mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR). 


dr Arya menyebut sejak Januari hingga saat ini tercatat sudah ada enam kasus kematian diduga akibat rabies yang diterima di RSUD Buleleng.

Ia pun mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak meliarkan anjing peliharaannya, untuk mencegah terjadinya kasus gigitan.

"Untuk anak korban yang juga sempat mendapatkan gigitan saat hendak menolong ibunya, akan segera kami berikan VAR," ucapnya. 

Baca juga: VIRGIN Beach Mulai Ramai Dikunjungi Turis Asing Dan Domestik


Terpisah, Perbekel Desa Sari Mekar,  Ketut Reka Budiarta membenarkan jika Nyoman Puri bersama anaknya belum sempat mendapatkan VAR.

Saat mendapatkan gigitan, Nyoman Puri sempat mendatangi salah satu rumah sakit.

Namun pihak medis meminta agar anjing diobservasi terlebih dahulu selama 14 hari. Apabila anjing tersebut mati, baru lah Nyoman Puri bisa diberikan VAR. 


"Waktu digigit dia sudah sempat ke rumah sakit, tapi katanya anjingnya harus diobservasi dulu. Jadi dia tidak langsung diberikan VAR.

Kasus gigitan anjing saat ini cukup tinggi, info yang saya terima sehari bisa mencapai 200 kasus.

Mungkin stok VAR atau anggaran terbatas, sehingga tidak bisa diberikan langsung. 

Ya namanya orang di desa, mungkin dirasa lukanya juga sudah sembuh, sehingga dia tidak melapor lagi ke rumah sakit atau puskesmas," ungkapnya. 


Budiarta menyebut, kasus gigitan anjing di Desa Sari Mekar juga pernah terjadi, namun itu sekitar dua tahun yang lalu.

Korban yang digigit juga meninggal dunia, setelah enam bulan mendapatkan gigitan.

"Kalau yang dua tahun lalu itu, kami tidak tau apakah karena rabies atau tidak. Karena sampel anjing tidak diperiksa, korban juga tidak memiliki gejala ke arah rabies," jelasnya. 


Atas adanya kasus ini,  Budiarta menyebut pihaknya belum bisa memberikan sanksi kepada warga yang meliarkan anjing peliharaannya.

Sebab jika ingin memberikan sanksi, harus melalui paruman.

Sementara anjing yang sempat mengigit Nyoman Puri juga tidak bisa diambil sampel otaknya, sebab telah dibuhuh oleh pemiliknya dua bulan yang lalu. 


"Barusan ada lagi satu warga kami yang digigit anjing.

Sudah ke rumah sakit, katanya juga harus diobservasi dulu.

Kami belum punya sanksi terkait warga yang meliarkan anjing peliharaannya.

Tapi warga sudah berinisiatif sendiri, kalau ada anjing yang liar akan dieliminasi saja," terangnya. (*) 

 

 

 

 

 

 

 


 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved