Berita Buleleng

Bocah Usia 7 Tahun Meninggal Dunia Suspek Rabies, Meninggal dalam Perjalanan Menuju ke RSUD Buleleng

Bocah Usia 7 Tahun Meninggal Dunia Suspek Rabies Meninggal Dalam Perjalanan Menuju ke RSUD Buleleng

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Harun Ar Rasyid
Ratu Ayu Astri Desiani
Keluarga bocah berusia 7 tahun yang meninggal dunia dengan suspek rabies saat berada di depan IGD RSUD Buleleng, Rabu (15/6) 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Kasus kematian diduga akibat rabies lagi-lagi terjadi di Buleleng.

Kali ini dialami seorang bocah berusia 7 tahun yang tinggal di wilayah Kecamatan Sukasada, Buleleng.

Bocah tersebut meninggal dunia dalam perjalanan ke IGD RSUD Buleleng pada Rabu 15 Juni 2022 pagi.

Dari pantauan di IGD RSUD Buleleng, ibu dari bocah malang tersebut tampak tak kuasa menahan kesedihan.

Ia belum bisa memberikan statment kepada awak media, terkait kronologi sang anak mendapatkan gigitan anjing.

Sementara Dirut RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha mengatakan, pasien kelahiran 11 Februari 2015 itu meninggal dunia dalam perjalanan, saat hendak dilarikan ke RSUD Buleleng.

Kepada petugas medis, keluarga almarhum mengatakan jika bocah malang itu memiliki gejala mengarah pada suspek rabies.

Seperti meriang sejak dua hari yang lalu, meludah, berhalusinasi, gelisah, tidak bisa menelan, takut angin, dan mulut berbusa.

Pihak keluarga juga mengakui bahwa bocah tersebut memiliki riwayat digigit anjing kecil, sekitar dua bulan yang lalu.

Anjing tersebut dibawa oleh temanny, kemudian mengigit korban pada bagian ujung jari telunjuk tangan kanan.

"Usai mengigit, anjing itu langsung dibuang oleh temannya. Usai mendapatkan gigitan, korban tidak dibawa ke Puskemas atau rumah sakit. Pihak keluarga hanya mencuci bekas gigitan tersebut dengan air dan sabun," terang dr Arya.

Keluarga bocah berusia 7 tahun yang meninggal dunia dengan suspek rabies saat berada di depan IGD RSUD Buleleng, Rabu (15/6)
Keluarga bocah berusia 7 tahun yang meninggal dunia dengan suspek rabies saat berada di depan IGD RSUD Buleleng, Rabu (15/6) (Ratu Ayu Astri Desiani)

Baca juga: Kasus Rabies di Jembrana Meningkat Dua Kali Lipat, 46 Desa Zona Merah, Stok Vaksin Rabies Kosong

Baca juga: Meninggal Dunia Diduga Rabies di Buleleng, Keluarga Berharap Pemerintah Gencarkan Sosialisasi Rabies

Dengan adanya tambahan kasus ini, total kematian diduga akibat rabies yang diterima di RSUD Buleleng, sejak Januari hingga saat ini telah mencapai 7 kasus.

Jumlah ini dikatakan sangat tinggi bila dibandingkan tahun 2021 lalu, Dimana pada 2021, kematian akibat rabies di Buleleng hanya 1 kasus.

Melihat hal ini, Buleleng dikatakan dr Arya sudah darurat rabies.

Sehingga perlu penanganan yang serius.

Penanganan paling optimal ialah dengan tidak mengizinkan masyarakat dalam meliarkan anjing peliharaan, serta mengeliminasi anjing liar yang tidak memiliki tuan.

Sementara Vaksin Anti Rabies (VAR) merupakan penanganan kedua.

Masyarakat yang baru tergigit harus segera diberikan VAR sesuai dosis.

Sebab VAR bisa mencegah lebih dari 95 persen untuk seseorang tidak terjangkit rabies.

Namun pemberian VAR harus melalui SOP. Apabila pasien digigit di daerah dengan risiko rendah oleh anjing yang dirumahkan, maka disarankan untuk diobservasi terlebih dahulu selama 10 hingga 14 hari.

Apabila anjing tersebut terjangkit rabies, maka dalam waktu kurang lebih lima hari, anjing tersebut akan mati.

Setelah anjing mati, barulah pasien dapat diberikan VAR. Sementara apabila anjing yang mengigit merupakan anjing liar dan menunjukan perilaku gila, maka pasien harus segera diberikan VAR, tanpa harus mengobservasi anjing selama 14 hari.

"Kalau anjing yang dirumahkan itu tidak mati, berarti tidak perlu di VAR. Sehingga kita bisa menghemat. Tapi kalau liar, sudah mengigit banyak orang dan menunjukan perilaku gila, pasien harus segera di VAR. Optimalnya memang tidak boleh ada anjing yang liar. Warga harus sadar untuk mengkadangkan anjing peliharaannya. Aparat juga harus bertindak tegas melakukan eliminasi apabila ada anjing yang liar," terang dr Arya.

Disinggung terkait permintaan VAR, dr Arya mengungkapkan dalam tiga hari belakangan ini, ada 27 pasien yang datang ke RSUD Buleleng untuk di VAR karena digigit oleh anjing.

Pihaknya harus mengamprah VAR dalam jumlah yang banyak, mengingat kebutuhannya saat ini sangat tinggi.

"Artinya sehari itu ada 8 atau 9 orang yang digigit. Sehingga VAR yang kami punya stoknya terbatas, karena VAR yang diberikan untuk satu pasien itu sebanyak dua vial. Kalau stok VAR kami sudah mau habis, masih dibackup dari Dinkes. Jadi sampai saat ini stok kosong itu tidak pernah terjadi," jelasnya. (rtu)

BERITA LAINNYA

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved