Berita Bali

Harga Babi Anjlok, Peternak di Bali Tuding Ulah Mafia, Perusahaan Besar Juga Bermain

Kami melihat di sini ada oknum pembeli yang bermain dan juga perusahaan besar yang bermain. Kemudian dijual dengan harga yang sangat murah.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: I Putu Darmendra
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Peternak babi membersihkan kandang babi. Pengiriman babi dari Bali ke luar Bali sudah dibuka lagi. Tapi ironisnya, pembukaan pengiriman tidak sesuai ekspektasi peternak. Peternak menuding ada mafia bermain. Para mafia ini membeli babi dengan harga murah kemudian membanting harga penjualan di luar pulau. 

TRIBUN-BALI.COM - Pengiriman babi dari Bali ke luar Bali sudah dibuka lagi. Tapi ironisnya, pembukaan pengiriman tidak sesuai ekspektasi peternak, harga babi anjok. 

Peternak babi mengendus ada mafia yang bermain. Para mafia membeli babi dengan harga murah kemudian membanting harga jual di luar pulau.

Tak hanya itu, perusahaan besar juga disinyalir ikut mempermainkan harga. 

Ketua Koordinator Perkumpulan Peternak Hewan Munugastrik Indonesia (PHMI) Kabupaten Tabanan, Bali, I Made Sukariyono mengatakan, harga ternak babi saat ini turun drastis.

Babi yang biasanya bisa dijual Rp 45 ribu (harga lokal Bali), saat ini hanya bisa terjual Rp 41 ribu bahkan bisa sampai dijual Rp 38 ribu.

Baca juga: 367 Ekor Babi Penampahan Galungan di Jembrana Layak Konsumsi

Untuk harga babi dijual Jakarta seharusnya sekitar Rp 55 ribu, namun saat ini hanya Rp 51 ribu.

Kondisi ini membuat peternak bingung karena tidak sesuai dengan pengeluaran biaya operasional dan pakan peternak.

“Kami melihat di sini ada oknum pembeli yang bermain dan juga perusahaan besar yang bermain. Kemudian dijual dengan harga yang sangat murah.

Ini membuat rugi. Kami berharap ada tindakan dari aparat hukum dan pemerintah,” ucap pria yang akrab disapa Deyon ini, Rabu 15 Juni 2022.

Deyon menegaskan, organisasi PHMI memiliki motto “Peternak Hebat Menolak Punah”, yang menjaga harga babi tidak jatuh.

Pihaknya memperjuangkan harga babi di Bali seluruh kabupaten stabil di angka yang tidak membuat peternak rugi.

Sejatinya sejak kasus demam babi (ASF), beberapa tahun lalu, populasi babi di Bali tinggal 50 sampai 60 persen.

Saat ini, babi Bali masih belum pulih. Kemudian ditambah kasus PMK yang dimana pembatasan hingga disetop lalu lintas menyeberang di Gilimanuk.

Ditambah lagi untuk pasokan babi, terutama di Jakarta 80 hingga 90 persen ialah pasokan dari Bali.

“Seharusnya saat ini kita dapat memberikan harga cukup bagus. Bukan lagi Rp 45 ribu, tapi Rp 50 ribu per kg hidup. Karena apa? Semua pasokan babi, terutama di Jakarta hanya dari Bali. Tidak ada dari tempat lain (daerah lain gagal panen),” tegasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved