Berita Badung
15 Anjing Liar di GWK di Evakuasi, Disperpa Badung Kembali Turun Antisipasi Rabies Sukseskan G20
Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) kabupaten badung kembali turun memantau Hewan Penular Rabies (HPR) di wilayah Badung selatan, khusunya di kawasa
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) kabupaten badung kembali turun memantau Hewan Penular Rabies (HPR) di wilayah Badung selatan, khusunya di kawasan GWK.
Pemantauan dilakukan untuk langsung melakukan evakuasi kepada anjing liar yang bisa mengganggu penyelenggaraan event internasional di Bali.
Bahkan dari hasil evakuasi, tercatat ada sebanyak 15 anjing liar yang berhasil diamankan.
Sementara anjing liar itu pun dititipkan ke rumah singgah hewan atau shelter Tyo Russ yang diajak bekerja sama.
Kadis Pertanian dan Pangan Kab. Badung Badung I Wayan Wijana, S.Sos, M.Si yang dikonfirmasi Minggu 19 Juni 2022 mengatakan evakuasi kepada belasan anjing liar di GWK tersebut untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada wisatawan yang berkunjung di kawasan GWK.
Apalagi katanya wilayah Badung selatan akan menjadi tempat Delegasi G20.
"Jadi kita melakukan upaya penertiban dan pengendalian terhadap anjing liar yang biasa berkeliaran di kawasan GWK, pada Kamis lalu. Penertiban kita lakukan disekitaran kawasan GWK agar wisatawan yang datang tidak terganggu," ujar Wijana.
Baca juga: Buka Smash on Drugs di Bali, Komjen Golose Cerita Kengerian Narkoba di Amerika Selatan
Baca juga: Ide Wisata Akhir Pekan: Banyu Wedang, Permandian Air Panas Berbentuk Kolam Renang di Buleleng
Baca juga: TPA Butus Dibatasi, Tumpukan Sampah di Kota Amlapura Makin Menjamur
Penertiban dan pengendalian sendiri dengan melakukan relokasi, yang bekerjasama dengan LSM penyayang binatang. Pihaknya pun tidak mau masalah gigitan anjing terjadi di Gumi Keris.
"Ini salah satu antisipasi kita. Jangan sampai, setelah ada kasus baru turun," ucapnya.
Khusus untuk pengendalian anjing liar di kawasan GWK, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan aparat desa setempat serta melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat sekitar. KIE dilakukan masyarakat yang memelihara anjing tetap merawat dan memelihara anjingnya dengan baik serta tidak dilepasliarkan.
"Kita sangat berharap anjing-anjing yang dipelihara agar tidak dilepasliarkan. Sehingga nanti dikira anjing liar yang membahayakan atau tidak terurus," harapnya.
Berdasarkan catatan tim pengendalian kata Wijana sampai saat ini sudah ada sekitar 15 ekor anjing liar yang berhasil dievakuasi dan dititip di shelter Tyo Russ. "Kami akan tetap turun, sebelum wilayah tersebut benar-benar steril dari anjing liar," tambahnya.
Lebih lanjut Wijana menyebutkan dengan semakin meningkatnya wisatawan ke Bali, pihaknya terus melakukan upaya pengendalian terhadap penyebaran rabies dengan gencar melakukan vaksinasi rabies secara massal.
Begitu juga melakukan pengendalian populasi dengan melakukan relokasi bekerjasama dengan LSM yang peduli terhadap binatang.

"Upaya eliminasi hanya terpaksa dilakukan jika ada anjing yang sudah menunjukan gejala klinis rabies," imbuhnya.