Tabrakan Maut Baturiti
PILU! Wayan Wandani, Korbankan Diri Selamatkan Anaknya Dalam TABRAKAN Maut di Baturiti
Kisah pilu mendiang Wayan Wandani korban meninggal dunia pada tragedi tabrakan maut di Baturiti. Berkoban selamatkan anak pertamanya.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Kisah pilu datang dari mendiang Ni Wayan Wandani.
Wanita 30 tahun, yang menjadi korban meninggal dunia dalam peristiwa tragis kecelakaan beruntun di Banjar Pacung, Baturiti, Tabanan.
Korban diketahui ditabrak bus pariwisata yang remnya blong.
Kejadian naas itu terjadi pada Sabtu 18 Juni 2022, kemarin siang.
Tabrakan maut terjadi sekitar pukul 12.20 WITA, di wilayah Pacung, Baturiti.
Mendiang Wayan Wandani adalah warga sekitar sana, yang usai sembahyang Kuningan ke pura.
Baca juga: TRAGIS! WAYAN Wandani Meninggal Dunia Usai Sembahyang Kuningan Dalam Tabrakan Maut di Baturiti
Baca juga: TABRAKAN MAUT BATURITI, Rem Blong Sebabkan Satu Korban Meninggal Dunia

Ternyata mendiang Wayan Wandani, mengorbankan diri untuk menyelamatkan anak pertamanya.
Ni Luh Putu Octa, siswi kelas 4 SD.
Wayan Wandani kerap disebut sebagai ibu Octa di sana.
Ini seperti peribahasa, 'kasih ibu sepanjang masa' terbukti pada kejadian memilukan kemarin itu.
Kesedihan juga terlihat jelas di kediaman rumah mendiang Wayan Wandani.
Kisah di atas diungkapkan, Made Armawan, yang masih keluarga korban.
Untuk kejadian kemarin itu, dirinya berada di dalam rumah usai selesai sembahyang di merajan gede.
Kebetulan korban meninggal Ni Wayan Wandani, adalah warga sekitar yang masih ada hubungan saudara dengannya.
Di mana korban, juga maturan di merajan gede yang sama dengannya.
Baca juga: TRAGIS! WAYAN Wandani Meninggal Dunia Usai Sembahyang Kuningan Dalam Tabrakan Maut di Baturiti
Baca juga: TABRAKAN MAUT BATURITI, Rem Blong Sebabkan Satu Korban Meninggal Dunia

Kemudian selesai ngelungsur.
Korban bermaksud untuk pulang dengan memakai pakaian adat Bali.
Saat itu, korban juga bersama dengan seorang anaknya.
Anak pertamanya diajak, untuk mengambil banten atau ngelungsur.
“Yang anak pertamanya sepertinya yang diajak.
Jadi saat kejadian anaknya didorong oleh korban supaya tidak tertabrak bus.
Cuma korban saja yang tertabrak.
Lukanya korban parah dan dibawa ke Rumah Sakit Semara Ratih,” ucapnya Minggu 19 Juni 2022.

Hal senada juga dinyatakan kakak sepupu korban, Wayan Suadarma.
Ia mengatakan, bahwa benar bahwa anak pertama korban ialah Ni Luh Putu Octa.
Yang saat ini naik ke kelas empat SD, didorong oleh korban untuk menyelamatkan nyawanya dari tabrakan.
Korban dari informasinya, kata dia, memang sedang mengambil atau ngelungsur.
Namun, dirinya tidak mengetahui persis persitiwa karena sedang ada acara di Kebun Raya Bedugul.
“Dari kabarnya memang seperti itu, jadi didorong oleh adik (mendiang korban),” jelasnya.

Mendiang Ni Wayan Wandani, 30 tahun, warga Banjar Adat Pacung, Desa/Kecamatan Baturiti, Tabanan.
Akan dikebumikan atau dikuburkan pada Senin 20 Juni 2022.
Penguburan korban akan dilaksanakan oleh warga, sesuai petunjuk pihak desa adat setempat.
Besok 20 Juni 2022, adalah hari baik untuk dilaksanakan.
Hal ini disampaikan, kakak sepupu korban, Wayan Suadarma, 53 tahun.
Suadarma mengatakan, bahwa suami mendiang korban, yakni Nyoman Sukra, 35 tahun.
Memilih supaya korban dikuburkan terlebih dahulu.
Tidak langsung dikremasi atau pengabenan.
Penguburan dilakukan besok sore pukul 15.00 WITA.
Di Setra Desa Adat Pacung.
Karena suami korban memilih untuk dikuburkan, maka warga dan prajuru desa adat juga turut bersepakat.
Untuk kemudian, esok hari baru akan digelar bersama.
“Bisa untuk pengabenan, tapi suami minta dikuburkan terlebih dahulu,” ucapnya Minggu 19 Juni 2022.

Dijelaskannya, bahwa mendiang korban merupakan ibu rumah tangga.
Sekaligus membantu suaminya, yang merupakan petani.
Mendiang memiliki tiga orang buah hati, yang seluruhnya adalah perempuan.
Yang pertama anaknya Ni Luh Putu Octa, yang saat ini naik ke kelas empat SD.
Sedangkan yang dua lainnya, dirinya tidak terlalu mengingat nama anaknya.
“Korban membantu suaminya yang petani.
Sehari-hari juga ibu rumah tangga.
Anaknya tiga semua cewek.
Dan yang pertama itu Ni Luh Putu Octa,” jelasnya.
Untuk saat ini, krama desa adat atau warga Banjar Pacung sedang bergotong royong atau menyama braya.
Untuk mempersiapkan banten dan kebutuhan untuk upacara/upakara penguburan esok hari.

Mempersiapkan banten dan juga peti jenazah.
Serta alat sarana prasarana lainnya.
Penguburan sendiri, memang sesuai petunjuk dari desa adat yang sudah memberikan.
Dan kondisi suami masih berduka.
Sehingga belum sepenuhnya bisa untuk berpikir jernih mempersiapkan prosesi ke pengabenan.
“Sosok adik, untuk menyama braya aktif dan baik di banjar.
Dan sekarang kami siapkan alat sarana prasarana buat besok (penguburan),” ucapnya. (*)