Berita Bali

KETU SULINGGIH, Berikut Maknanya Dalam Hindu Bali

Makna ketu sulinggih tidaklah sederhana. Pahami maknanya dalam berita Tribun Bali berikut ini.

weg
Adanya ketu sulinggih yang jatuh di jalan kawasan Banjar Kebon, Desa Belega, Blahbatuh, Gianyar, Bali. Akhirnya dijemput oleh pemiliknya. Di mana ketu tersebut merupakan milik Ida Pandita Mpu yang beralamat di Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar. 

TRIBUN-BALI.COM - Adanya kejadian ketu terjatuh di Blahbatuh, Gianyar, Bali. 

Membuat warga geger, khususnya warga sekitar Belega. 

Kanit Reskrim Polsek Blahbatuh pun, turun tangan mencaritahu siapa pemilik ketu ini. 

Dan akhirnya ditemukan, pemiliknya adalah Ida Pandita Mpu dari Gianyar. 

Adanya ketu sulinggih yang jatuh di jalan kawasan Banjar Kebon, Desa Belega, Blahbatuh, Gianyar, Bali.

Akhirnya dijemput oleh pemiliknya.

Di mana ketu tersebut merupakan milik Ida Pandita Mpu yang beralamat di Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar.
Adanya ketu sulinggih yang jatuh di jalan kawasan Banjar Kebon, Desa Belega, Blahbatuh, Gianyar, Bali. Akhirnya dijemput oleh pemiliknya. Di mana ketu tersebut merupakan milik Ida Pandita Mpu yang beralamat di Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar. (weg)

Berbicara mengenai sulinggih atau pendeta di Bali, memang selalu menarik.

Satu diantaranya dari tata busana pemuka agama ini.

Sebab tata busana sulinggih, tidaklah sama dengan tata busana masyarakat umum atau walaka.

Khususnya tata busana saat para sulinggih ini, saat mapuja dalam sebuah upacara.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti menjelaskan, bahwa sejak dahulu kala sebelum tahun 1960an, bawa atau ketu (gelungan pendeta) itu ada dua macam.

"Untuk ida pedanda dan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa, memakai ketu berbentuk bundar seperti yang biasa kita lihat," jelas Ida Rsi kepada Tribun Bali.

Untuk Ida Pedanda Budha, kata beliau, memakai gelungan dengan ornamen seperti pada gelungan Rama di dalam kisah epos Ramayana.

Muput upacara Betara Turun Kabeh di Soring Ambal-Ambal. Oleh Ida Bujangga Sara Sastra: Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti dan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Istri Satya Lakshmi.
Muput upacara Betara Turun Kabeh di Soring Ambal-Ambal. Oleh Ida Bujangga Sara Sastra: Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti dan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Istri Satya Lakshmi. (Istimewa)

Hal inilah yang kerap menjadi pembeda busana, ketika seorang sulinggih muput di tengah-tengah masyarakat.

"Sedangkan kalau tentang warna bawa/ketu (gelungan) di keluarga Bhujangga Waisnawa, ada tatanannya," jelas beliau.

Warna hitam biasanya dipakai oleh sulinggih yang mulai dari tahun pertama, atau baru madiksa sampai dengan 5 tahun atau lebih.

Kemudian gelungan warna merah biasanya dipakai oleh sulinggih yang sudah madiksa lebih dari 5 tahun.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved