Berita Bali
Vaksin PMK Sapi Diperkirakan Tiba di Bali Senin 4 Juli 2022 Saat Wabah Sudah Merebak
Apakah Bali kecolongan sebab vaksin PMK baru akan datang setelah wabah merebak?
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: I Putu Darmendra
"Melalui uji laboratorium nanti akan menentukan benar atau tidaknya (PMK). Hasilnya mungkin lima sampai tujuh hari ke depan.
Sekaligus untuk mengetahui langkah kedepan yang dilakukan. Tapi gejalanya sih mengarah ke PMK," ungkapnya.
Sutama menceritakan, sejatinya pada bulan Mei 2022 lalu, pihaknya sudah mengedarkan SE Bupati Jembrana terkait antisipasi atau pencegahan PMK.
Selain itu, Forkompinda juga telah melakukan pemantauan ke lokasi ternak.
Namun memang diakui banyak faktor yang menyebabkan kasus ini muncul di Bali. Mulai dari lalu lintas ternak, alat transportasi, hingga pakan.
"Kami imbau kepada masyarakat khususnya peternak di Kabupaten Jembrana agar segera menginformasikan atau melaporkan kepada petugas terdekat jika ternaknya ada mengalami gejala serupa," pesannya.
Sutama menekankan kembali kepada para peternak agar menerapkan biosekuriti yang ketat.
Selain pada kandang, lalulintas ternak atau peternaknya juga harus benar-benar diperhatikan. Hal itu untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini.
"Lakukan disinfeksi dan kebersihan kandang dijaga dengan ketat. Kemudian juga peternaknya juga diharapkan tidak mengunjungi ternak lainnya. Artinya tidak hanya sapi, tapi kambing, babi, hingga kerbau juga," tandasnya.
Makelar Beraksi
Para pembeli sapi atau mekalar memanfaatkan keadaan ini. Mereka menawar sapi dengan harga murah.
I Nyoman Tangsil, peternak sapi di Gianyarm Bali mengaku pusing memikirkan cara agar sapinya tak terserang PMK.
Ia sebenarnya ingin menjual sapinya, namun harganya dipermainkan oleh pembeli atau makelar.
Makelar sapi datang menawar dengan sadis, menawar sapi dengan harga yang sangat murah.
"Mau jual tapi ditawar murah. Dua sapi diminta Rp 13 juta, padahal saya beli saty bibit saja waktu ini Rp 7,5 juta," ujarnya.
Ia berharap pemerintah memberikan jalan keluar atas kondisi ini. "Sekarang pasrah, mudah-mudahan ada jalan keluar dari pemerintah," tandasnya.
Berkaca saat erupsi Gunung Agung, para makelar mendatangi wilayah terdampak letusan.
Mereka menawar sapi warga dengan harga murah. Banyak peternah yang akhirnya menjual sapinya murah. (*)