Berita Nasional

MERINDING! Malam Satu Suro, Simak Makna dan Pantangannya 

Dalam kepercayaan Kejawen, bulan suro memang dianggap istimewa. Penganut Kejawen percaya bulan suro merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa

ist/via Tribunnews
ilustrasi malam satu suro, simak makna dan pantangannya berikut ini. 

Makna Simbol Ritual malam satu suro tradisi Jawa dan Islam-Jawa

Bagi muslim Jawa, bulan suro merupakan salah satu bulan keramat, menurut buku Misteri bulan Suro: perspektif Islam Jawa oleh Muhammad Sholikhin.

Di samping karena pengaruh Islam, bulan suro dianggap keramat karena secara tradisi masyarakat Jawa merupakan bulan penentu perjalanan hidup.

Sehingga, bagi masyarakat muslim Jawa, pada bulan tersebut disarankan untuk meninggalkan berbagai perayaan duniawi untuk menyatukan sedulur papat lima pancer, dan fokus kepada Allah.

Bagi masyarakat muslim Jawa, ritualitas sebagai wujud pengabdian dan ketulusan penyembahan kepada Allah.

Sebagian ritual ini diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol ritual yang merupakan ekspresi pengejawantahan dari penghayatan dan pemahaman akan "Realitas Yang Tak Terjangkau", sehingga menjadi "Yang Sangat Dekat".

Masyarakat Jawa menggunakan simbol-simbol ritual untuk menyatu dengan Tuhan.

Simbol ritual dipahami sebagai perwujudan maksud dirinya sebagai manusia merupakan tajalli, atau bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan.

Simbol-simbol ritual tersebut di antaranya adalah ubarampe (piranti dalam bentuk makanan), yang disajikan dalam ritual selamatan (wilujengan), ruwatan, dan sebagainya.

Hal itu merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Upaya pendekatan diri melalui ritual sedekahan, kenduri, selamatan, dan sejenisnya tersebut merupakan bentuk akumulasi budaya yang bersifat abstrak.

Hal itu terkadang juga dimaksudkan sebagai upaya negosiasi spiritual sehingga segal hal gaib, yang diyakini berada di atas manusia tidak akan menyentuhnya secara negatif.

Sebagian dari simbol-simbol ritual dan simbol spiritual yang diaktualisasikan oleh masyarakat Jawa mengandung pengaruh asimilasi antara Hindu-Jawa, Budha-Jawa dan Islam-Jawa yang menyatu dalam wacana kultural mistik.

Asimilasi ini juga terdapat pada ritual membakar kemenyan, yang diniatkan sebagai "talining iman, urubing cahya kumara, kukuse ngambah swarga, ingkang nampi Dzat ingkang Maha Kuwaos" (sebagai tali pengikat keimanan. Nyalanya diharapkan sebagai cahaya kumara, asapnya diharapkan sebagai bau-bauan surga, dan agar diterima oleh Tuhan Yang Maha Kuasa). (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Arti Malam 1 Suro, Sejarah dan Makna Simbol Ritual Malam 1 Suro Tradisi Jawa dan Islam-Jawa. 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved