Berita Denpasar

Usia 71 Tahun, Ida Bhawati Pasek I Made Wega Ikuti Prosesi Diksa Pariksa untuk Menjadi Sulinggih

Masih Semangat di Usia 71 Tahun, Ida Bhawati Pasek I Made Wega Ikuti Prosesi Diksa Pariksa untuk Menjadi Sulinggih

Penulis: Putu Supartika | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
Pelaksanan diksa pariksa Ida Bhawati Pasek I Made Wega bersama Ida Bhawati Pasek Istri Ni Ketut Jigrug oleh PHDI Kota Denpasar 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Meski usia sudah kepala tujuh tepatnya 71 tahun, Ida Bhawati Pasek I Made Wega masih terlihat bugar mengikuti tahapan untuk menjadi seorang sulinggih.

Ida didampingi istri Ida Bhawati Pasek Istri Ni Ketut Jigrug mengikuti prosesi diksa pariksa dari PHDI Kota Denpasar pada Minggu, 31 Juli 2022 sore di kediaman Ida di Jl. Tukad Balian Gang XVI No. 2, Banjar Peken Desa Adat Renon, Kelurahan Renon, Denpasar.

Setiap pertanyaan yang diajukan oleh tim diksa pariksa dijawab oleh Ida dengan baik.

Alasan Ida menjadi seorang sulinggih pun sangat mulia yakni menjalankan tahapan Catur Asrama yakni Wanaprasta yakni mengabdikan diri pada ajaran dharma agama.

Pelaksanan diksa pariksa Ida Bhawati Pasek I Made Wega bersama Ida Bhawati Pasek Istri Ni Ketut Jigrug oleh PHDI Kota Denpasar
Pelaksanan diksa pariksa Ida Bhawati Pasek I Made Wega bersama Ida Bhawati Pasek Istri Ni Ketut Jigrug oleh PHDI Kota Denpasar (TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA)

“Sastra agama yang saya jalankan, saya tidak menjadi sulinggih karena mimpi, namun berpegang teguh pada sastra,” kata Ida Bhawati Pasek I Made Wega.

Ida pun mengaku masih tetap semangat dan membimbing umat meskipun baru mulai menjadi sulinggih saat berusia kepala tujuh.

Sementara itu, Ketua Dharma Upapati PHDI Kota Denpasar, Ida Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih mengaku kagum dengan semangat Ida Bhawati untuk mendalami sastra.

“Apalagi di Desa Adat Renon ini, Ida Bhawati yang pertama melaksanakan apodgala. Dan ini sangat luar biasa semangat beliau,” kata Ida Rsi.

Ida Rsi pun berpesan setelah menjalani prosesi dwijati agar selalu mengikuti pantangan-pantangan menjadi seorang sulinggih.

“Menjadi sulinggih adalah sangat berat, oleh masyarakat akan disebut dengan Surya. Sehingga tidak boleh sedih, dan tidak boleh terlalu senang jika dipuji, harus murah senyum,” pesan Ida Rsi.

Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka mengatakan, PHDI Kota Denpasar sangat ketat dalam melaksanakan diksa pariksa ini.

Bahkan calon sulinggih diminta untuk membuat pernyataan tidak terpapar aliran sampradaya asing selain mematuhi syarat lainnya.

“Kami tidak hanya melakukan pengecekan administrasi melalui proposal yang dikirim ke PHDI, tapi juga mengecek kesiapan mental calon sulinggih ini,” kata Arka.

Berbagai pertanyaan pun dilayangkan kepada calon sulinggih baik terkait wariga, weda, hingga hubungan calon sulinggih dengan wilayah setempat.

“Ketika seorang calon sulinggih akan ngelinggihang weda, mapulang lingga, maka harus menguasai arga patra dan sesana seorang sulinggih,” katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved