Kenaikan BBM
PASCA Kenaikan BBM, Nelayan Berharap Ada Subsidi Khusus, Sebut BLT Hanya Dirasakan Sesaat
Pasca kenaikan BBM menjadi keluhan berbagai pihak, seperti nelayan, sopir pariwisata, dan masyarakat luas. Kenaikan BBM ditakutkan akan berdampak luas
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Pemerintah resmi menaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi jenis BBM Pertalite, solar, dan termasuk BBM non subsidi jenis Pertamax.
Kebijakan kenaikan BBM ini pun, mendapat tanggapan dari berbagai kalangan, mulai dari nelayan sampai sopir pariwisata.
Seorang nelayan asal Desa Kusamba, Gede Suarta, mengatakan setiap melaut dirinya biasanya menggunakan BBM Pertalite sebagai bahan bakar.
Sekali melaut, ia bisa menghabiskan sekitar 10 liter bahan bakar.
Terkait kenaikan BBM bersubsidi ini, dirinya tentu merasa sangat terbebani.
Baca juga: MENGAPA PERTALITE NAIK, Salah Satunya Disebabkan Perang Rusia VS Ukraina
Baca juga: TERANCAM NAIK, Tarif Fast Boat Menuju Nusa Penida Bisa Menjadi Rp70 Ribu

"Ini bukan hanya masalah harga bahan bakar naik, tapi semua kebutuhan pokok pasti akan ikut naik.
Masyarakat, apalagi nelayan seperti kami tentu sangat berat.
Apalagi hasil melaut tidak menentu, kadang sama sekali tidak bawa pulang tangkapan," ungkapnya, Minggu (4/9/2022).
"Dulu diarahakan pemerintah agar beralih dari Premium ke BBM Pertalite, kami sudah bersedia.
Eh, sekarang harga BBM Pertalite malah naik.
Kalau sekali melaut biasanya bensin saja modal Rp70 ribu, sekarang bisa Rp100 ribu," sebutnya.
Ia pun berharap, ada kebijakan lain, dengan memberikan subsidi khusus bagi nelayan.
Sehingga nelayan kecil sepertinya bisa merasa terbantu.

"Pemerintah memang rencana kasi BLT, tapi itu kan sesaat.
Paling lama seminggu sudah habis.
Mending para nelayan seperti kami dikasi harga BBM Pertalite subsidi khusus.
Data-data nelayan kan sudah ada di pemerintah," harapnya.
Kenaikan harga BBM juga dikeluhkan para sopir pariwisata.
Mereka merasa sangat berat, karena kenaikan BBM dilakukan, justru saat pariwisata belum pulih total dari pandemi Covid-19.
"Kenaikan harga BBM ini jadi musibah bagi pelaku pariwisata seperti kami.
Setelah 2 tahun pariwisata ambruk karena pandemi, sekarang malah ada kenaikan BBM.
Padahal industri pariwisata belum polih total," ungkap seorang sopir pariwisata asal Klungkung, Nyoman Wisesa.
Terkait rencana penyaluran BLT (bantuan langsung tunai) ke warga pasca kenaikan BBM ini, baginya tidak lebih untuk menyenangi masyarakat sesaat.
Menurutnya pemberian bantuan sosial tunai yang rencananya akan disalurkan pemerintah setelah kenaikan harga BBM hanya berimbas sesaat.
"BLT dikasi sekali, tapi BBM dan harga kebutuhan pokok naiknya konsisten. Kalau alasan subsidi membengkak, kenapa tidak dibuat sistem lebih ketat agar BBM bersubsidi tidak dinikmati orang kaya juga," ungkapnya. (*)