Bisnis
BBM Naik, Respon Ketua HIPMI BALI : Pariwisata Belum Pulih Jangan Sampai Inflasi dan Resesi
Ihwal kenaikan BBM, pada 3 September 2022 lalu menuai komentar beragam dari berbagai lapisan masyarakat. Termasuk Hipmi Bali. Simak penjelasannnya.
Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Ihwal kenaikan BBM, pada 3 September 2022 lalu menuai komentar beragam dari berbagai lapisan masyarakat.
Termasuk dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Bali (Hipmi Bali), yang disampaikan ketuanya Agus Pande Widura (APW)
APW menyampaikan, dengan kenaikan BBM ini, tentu akan berdampak pada segala sektor, termasuk perusahaan dan bisnis.
Baca juga: HIPMI BALI : Jangan Paksa Kami Berlari, Harapkan Restrukturisasi Sampai 2025
Baca juga: BALI BELUM BAIK BAIK SAJA, Simak Penjelasan Dari Ketua HIPMI Bali

"Pasti ada dampaknya, saya lihat bahwa kenaikan BBM untuk menjaga fiskal daripada pendapatan.
Saya melihat mengapa pemerintah menaikkan harga BBM subsidi dan non subsidi, pasti ada kepentingan yang lebih besar mangkannya naik dari keseimbangan.
Hanya saja, jangan sampai dengan adanya kenaikan BBM ini, malah timbul inflasi yang memburuk, jangan sampai resesi intinya," ujar APW, saat dikonfirmasi Tribun Bali pada (5/6/2022) pukul 19.00 WITA.
APW menambahkan, dengan adanya kenaikan BBM ini, tentu akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa.

Terlebih dengan kondisi Bali saat ini, yang baru mau pulih dari pandemi Covid-19.
Di mana kemampuan end user dan pemakai jasa, ikutan mengalami kenaikan.
Ini yang menjadi fokus utama, harus tetap terkontrol jangan sampai mengalami kerugian.
APW sadar betul, di tengah pandemi Covid-19 yang belum 100 persen pulih ini.
Masyarakat harus tercekik dengan kondisi ketidakstabilan ekonomi.
Belum lagi yang terkena PHK, ataupun yang bekerja dengan gaji setengah.
"Memang saat ini paham masyarakat kecil mengalami kesulitan, kita juga sebagai pengusaha melihat pariwisata Bali belum kembali normal.
Sehingga susah juga mau menaikkan gaji karyawan.