Berita Tabanan

Inflasi Bali 6,5 Persen, Tabanan Surplus Beras dan Sayuran

Inflasi Provinsi Bali mencapai 6,5 persen. Lebih tingi dari inflasi nasional yang hanya 4,9 persen.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Harun Ar Rasyid
(TB/Ardhiangga Ismayana).
Sekda Tabanan I Gede Susila. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Inflasi Provinsi Bali mencapai 6,5 persen.

Lebih tingi dari inflasi nasional yang hanya 4,9 persen.

Ketersediaan bahan pokok menjadi yang utama saat ini.

Untuk dikerjasamakan antar kabupaten. Selain itu intervensi melalui subsidi dana juga sedang digodok hitungannya.

Sekda Tabanan I Gede Susila.
Sekda Tabanan I Gede Susila. ((TB/Ardhiangga Ismayana).)

Sekda Tabanan, I Gede Susila mengatakan, Tabanan masih dalam kategori surplus, untuk ketersediaan pokok. Misalnya saja, komoditi beras dan sayuran. Sedangkan untuk cabai merah, cabai rawit dan bawang merah, masih mencukupi. Beberapa bahan pokok di atas merupakan komponen penekan inflasi. Produktivitas di Tabanan dibanding daerah lain memang lebih unggul. Untuk komoditi beras dan sayuran inilah yang nantinya akan dikerjasamakan dengan daerah lain. Sesuai arahan Gubernur Bali I Wayan Koster dan Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya.

“Tadi kami sudah melakukan rapat dengan TPID Tabanan melibatkan semua OPD, dan juga Perusda Dharma Santika, menyikapi surat edaran Pemerintah pusat. Kami akan melihat komponen pemicu inflasi, salah satunya ialah ketersediaan bahan pokok di Bali. Khususnya Tabanan, melihat ketersediaan bawang merah cabe rawit dan cabai merah. Dari tiga itu, kondisi Tabanan masih cukup,” ucapnya Rabu 7 September 2022.

 

Susila mengaku, untuk inflasi harga di lapangan, maka akan digemakan penanaman cabai. Atau selanjutnya melalui Perusda membantu bibit ke masyarakat. Namun tetap, ketersediaan di lapangan juga disiapkan. Hal lain lagi ialah intervensi melalui BLT menyikapi kenaikan BBM. Yang rencananya bulan ini akan ada pencairan. Inflasi saat ini dihitung dari dua kabupaten/kota yang disurvei, yakni Buleleng dan Denpasar. Daerah Tabanan hanya sebagai penyuplai komoditi yang dihasilkan Provinsi Bali.

“Maka dari itu tadi kita (Tabanan) melalui perusahaan Dharma Santika, apa saja komoditi yang kelebihan produksi dicatat. Nanti dikerjasamakan dengan kabupaten lain. Kabupaten yanf kurang bahan pangan, maka disupport, misalnya telur beras atau cabai. Sehingga terintegrasi untuk menurunkan inflasi sesegera mungkin,” ungkapnya.

 

Oleh karena itu, sambungnya, kini TPID sedang menghitung setiap surplus dan defisit dari setiap komiditi produktivitas lahan pertanian atau perkebunan Tabanan. Di sisi lain, juga ada keinginan untuk Dana Desa, DAU atau BTT sebagai pengintervensi inflasi. Hanya saja, pihaknya masih mencari format untuk melakukan hal tersebut.

“Tapi yang jelas memang setiap hasil produktivitas ini yang harus dikomunikasikan dalam forum setiap daerah. Setiap kelebihan hasil produksi, disalurkan ke kabupaten/kota yanf kekurangan pasokan bahan pangan. Misalnya kita memiliki sekian ton cabai, yang kurang denpasar maka akan dikirim ke sana,” paparnya.

 

Direktur Perusda Dharma Santika, Kompyang Gede Pasek Weda menyatakan, saat ini PKS (Perjanjian Kerja Sama) antar Kabupaten, yang bisa dilakukan Tabanan ialah untuk komoditi beras, telur, dan cabai. Misalnya saja, ke Denpasar beberapa waktu lalu. Ada sekitar 100 sak beras dan 50 krat telur dikerjasamakan.

“Itu baru mengawali (100 sak dan 50 krat telur). Dan masih sedikit . Nanti ke depan akan berkembang terus. Jadi saat ini, memang berusaha menstabilkan harga. Supaya tidak bergejolak, dan harga sudah dipatok oleh Gubernur,” ungkapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved