Berita Bali
KECELAKAAN Jalur Tengkorak Bisa Diminimalisir Dengan Tol Gilimanuk-Mengwi
Tol Jagat Kerthi Bali atau Tol Mengwi-Gilimanuk akan jadi alternatif kurangi kecelakaan di jalur tengkorak.
TRIBUN-BALI.COM - Megaproyek Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk telah resmi dimulai, Sabtu 10 September 2022.
Hal ini menjadi angin segar, bagi warga dan penikmat perjalanan rute Denpasar-Gilimanuk dan sebaliknya.
Terutama mereka yang berasal dari Jembrana, dan bekerja di wilayah Kota Denpasar serta Badung atau sekitarnya.
Waktu tempuh dan waktu yang diperlukan akan jauh lebih efisien, jika melalui Tol Mengwi-Gilimanuk ini jika dibandingkan melewati jalur lama non-tol yang ada saat ini.
Seorang warga Jembrana, Andre (24) mengaku dengan adanya Tol Mengwi-Gilimanuk nantinya akses dari Gumi Makepung menuju Denpasar menjadi lebih cepat, dan bahkan tanpa melewati banyak tikungan.
Baca juga: BREAKING NEWS: Groundbreaking Tol Mengwi-Gilimanuk Dilakukan Menteri PUPR, Ada Ritual Nasarin
Baca juga: GROUND BREAKING Tol Mengwi-Gilimanuk Besok, Bertepatan Purnama Ketiga

Menurutnya, selama ini jika hendak menuju Denpasar harus bersabar dan menempuh 3 jam perjalanan.
"Ya tentunya ini (Tol Mengwi-Gilimanuk) nanti bisa mempercepat perjalanan kita, yang di Jembrana menuju Denpasar.
Selama ini kita menempuh perjalanan yang cukup lama, hampir 3 jam karena banyak kendaraan besar seperti truk tronton yang memadati jalanan, dan juga kontur jalan berliku serta naik-turun," ungkap Andre, Minggu 11 September 2022.
Dia melanjutkan, selain waktu tempuh yang lama, resiko kecelakaan maut saat melewati jalur Denpasar-Gilimanuk atau yang lebih sering disebut jalur tengkorak ini juga sangat tinggi.
Terbukti, banyak kecelakaan maut terjadi.
Seperti truk mogok, tergelincir, dan bahkan tabrakan hingga menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak dialami pengendara sepeda motor.
Andre berharap, jalan tol menjadi solusi atas permasalahan tersebut.

"Selain menempuh waktu yang lebih cepat, risiko kecelakaan maut diharapkan menjadi menurun nanti.
Karena di tol ini kan ada jalur sepeda motor juga," ucap Andre.
Ia berharap pembangunan mega proyek Jalan Tol Jagat Kerthi Bali ini lebih pro kepada rakyat.
Artinya, masyarakat Bali mendapat manfaat dari pembangunan ini.
"Semoga memberi efek positif untuk Bali dan khususnya Jembrana juga," harapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Jembrana, I Ketut Suastika mengungkapkan, kehadiran jalan Tol Gilimanuk-Mengwi banyak menguntungkan masyarakat yang bergerak di bidang perjalanan dan bahkan wisata.
"Yang jelas, bisa mengurangi kemacetan.
Tidak ada lagi bahasa bahwa menuju Jembrana itu jauh.
Semoga nanti bisa berdampak positif bagi Bali, khususnya Jembrana," kata Suastika.
Namun demikian, ia menambahkan, kehadiran Tol Mengwi-Gilimanuk juga memengaruhi tatanan yang ada.
Salah satunya adalah banyaknya lahan pertanian yang tergusur atau total sekitar 60 hektare.
Ini mengurangi luas lahan pertanian di Jembrana.

"Dengan perubahan RT/RW, kita pertimbangkan lahan pertanian yang diambil oleh jalan tol ini," katanya.
Pria yang akrab disapa Cohok ini juga mengungkapkan, pasca ground breaking Jalan Tol Jagat Kerthi Bali tersebut, banyak muncul pertanyaaan dari masyarakat terkait kejelasan ganti untung yang lahan yang terdampak.
"Banyak sekali masyarakat di bawah yang menanyakan kejelasan soal ganti rugi lahan yang terdampak.
Meskipun beberapa kali ada sosialiasi, tapi masyarakat belum mendapat jawaban yang valid.
Belum ada tindak lanjut setelah sosialisasi dulu," ungkapnya.
Menurut Cohok, masyarakat di bawah hanya sangat menginginkan adanya kejelasan, meskipun belum ada transaksi.
Dengan demikian, warga yang lahannya akan tergusur menjadi lebih tenang.
"Hanya meminta kejelasan saja dulu. Terutama warga yang lahan dan rumahnya terkena jalur tol, mereka sangat berpikir.
Karena jika di atas sudah berproses (peletakan batu pertama), di bawah (masyarakat) harus segera berproses juga.
Intinya ada kejelasan di bawah. Kami harap pemerintah harus segera mempertimbangkannya," tandasnya.
Untuk diketahui, menurut site plan yang terpampang di lokasi, Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk ini akan menjadi jalur alternatif dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Denpasar.
Pembangunan jalan tol sepanjang 96,84 kilometer ini akan dilaksanakan sebanyak tiga seksi.
Rinciannya, Seksi 1 pada jalur Gilimanuk-Pekutatan sepanjang 53,6 Km, kemudian Seksi 2 pada jalur Pekutatan-Soka dengan panjang 24,3 Km, terakhir seksi 3 pada jalur Soka Mengwi dengan panjang 18,9 Km.
Sementara itu, Pengusaha Angkutan Wisata Bali (Pawiba) menyambut baik pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi, yang peletakan batu pertamanya (ground breaking) dilakukan Sabtu (10/9) lalu.
I Nyoman Sudiarta selaku Ketua Pawiba mengatakan, Minggu (11/9), bahwa keberadaan Tol Gilimanuk-Mengwi akan sangat membantu perjalanan menuju Bali Barat.
Tol Mengwi-Gilimanuk akan menjadi jalan alternatif yang penting, selain jalan utama yang ada selama ini, sehingga membuat perjalanan ke barat lebih lancar.
“Kami sendiri sudah mendapat informasi terkait ground breaking itu. Pada intinya ini bermanfaat sekali, karena membantu mengurangi masalah kemacetan,” kata Sudiarta.
Sudiarta menjelaskan, berdasarkan pengalamannya, perjalanan yang ia lakukan ke Bali Barat biasanya cukup padat.
Sebagai diketahui Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk merupakan jalur utama lintas provinsi.
Oleh karena itu, jalan ini juga dilalui kendaraan besar seperti truk dan bus dari Pulau Jawa atau dari Pulau Lombok.
Ruas jalan tol yang dibangun di pinggir pantai, menurut Sudiarta, tentu menjadi solusi atas kepadatan lalu lintas yang terjadi hingga kini.
Menurutnya, sosialisasi tentang detail fasilitas jalan tol ini perlu dilakukan oleh pemerintah kepada Pawiba, yang para anggotanya merupakan pengusaha di bidang transportasi pariwisata.
“Tentu kami berharap mungkin ada sosialisasi resmi tentang tol ini. Bisa saja melalui induk kami di GIPI (Gabungan Industri Pengusaha Pariwisata Indonesia) Bali.
Kami kan sering ke wilayah barat seperti Palasari dan Pupuan, jadi perlu tahu tentang jalur-jalur di sepanjang tol nanti,” ungkapnya.
Mengenai pengaruh kehadiran tol terhadap pariwisata Bali, menurut Sudiarta, memang tidak langsung.
Ia mengatakan, keberadaan tol akan membantu mempercepat proses perjalanan menuju ke barat Bali.
Tinggal bagaimana infrastruktur itu dimanfaatkan untuk mengoptimalkan destinasi wisata.
Ia berharap pembangunan tol dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana dan bermanfaat untuk seluruh masyarakat Bali.(mpa/yun)