Berita Buleleng

PJ Bupati Buleleng Turun Pantau Harga Cabai, Minta Jajaran Jangan Hanya Rapat untuk Tekan Harga

Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana saat memantau harga cabai di Pasar Anyar, Rabu (14/9) subuh.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Ratu
Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana saat memantau harga cabai di Pasar Anyar, Rabu (14/9) subuh. 

Namun cabai ditegaskan Yudiarsana sangat fluktuatif, harganya bisa naik atau turun dalam hitungan jam.

"Dua hari kemarin, cabai di Pasar Banyuasri sebenarnya ada. Cuma saat inspeksi, kebetulan kosong. Ya memang harus kami sikapi, sesuai arahan Pj Bupati. Seluruh produk cabai petani lokal harus kami drop semua. Panem cabai memang berulang-ulang, tapi sekali panen kadang hanya 25 hingga 50 kilo. Ini persoalannya," terangnya.

Terkait target yang diberikan, agar harga cabai segera turun dalam beberapa hari kedepan, Yudiarsana mengaku akan merubah strategi.

Dari sebelumnya, menyerap cabai di satu petani kemudian langsung didistribusikan ke pasar, kini diubah dengan menyerap cabai langsung dibebeberapa titik sekaligus.

"Satu titik itu memang sekali panen kisaran hanya 50 kilo. Itu kami serap kemudian langsung didistribusikan. Sekarang strateginya kami ubah, kami cari semua titik yang siap panen, baru didistribusikan ke pedagang. Kami akan kolaborasi dengan Dinas Pertanian karena mereka yang tau dimana saja yang siap panen," terangnya.

Disisi lain, salah satu pedagang cabai di Pasar Anyar, bernama Made Rian Susanti (33) menyebut, harga cabai rawit yang ia beli dari Perumda Pasar sebesar Rp 42 ribu per kilo. Cabai itu kemudian dijual ke konsumen sebesar Rp 48 ribu per kilo.

Mengingat harga cabai saat ini cukup tinggi, Susanti pun mengaku tidak berani menjualnya dalam jumlah yang banyak. Sebab pembeli juga ikut menurun, sementara cabai tidak tahan lama, alias cepat membusuk. "Biasanya saya beli cabai di pengepul 20 kilo.

Sekarang hanya 10 kilo saja. Karena yang beli juga sepi. Omset penjualan saya juga turun. Kalau biasanya dapat Rp 3 juta per hari, sekarang paling banyak Rp 1.5 juta. Ini terjadi sejak harga BBM naik," katanya. (rtu)

Baca juga: Hektaran Cabai di Sinduwati Rusak, Petani Gagal Panen

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved