Berita Bali
Gubernur Wayan Koster Tak Anti Demo, Sebut Pernah Jadi Pemimpin Demo Semasa Kuliah
Gubernur Bali, Wayan Koster membuka acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia XV yang bertempat di Ged
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Marianus Seran
TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Gubernur Bali, Wayan Koster membuka acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia XV yang bertempat di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar pada, Senin 19 September 2022.
“Saya sangat semangat hadir pagi ini memfasilitasi kegiatan ini karena memang saya pun juga lahir dari dunia kemahasiswaan, dari aktifitas kemahasiswaan, saya masuk ke Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Tahun 1981,” katanya.
Ia juga menjelaskan aktif dibeberapa kegiatan organisasi disekolahnya seperti Osis dan menjadi pemain Gamelan ketika duduk dibangku Sekolah Dasar.
Dan ketika ia aktif kegiatan kemahasiswaan Koster mengatakan betul-betul mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga dan waktu untuk mengurusi aktivitas kemahasiswaan.
“Pada saat itu Tahun 1980an terjadi transisi dari Normlisasi kehidupan kampus (NKK) dan badan koordinasi kemahasiswaan (BKK) konsep ini lah yang ditolak habis-habisan mahasiswa yang dimotori semua mahasiswa se-Indonesia,” imbuhnya.
Baca juga: PALEBON Putra Terakhir Raja Batubulan, Dikenal Sosok Bijaksana
Lebih lanjutnya ia mengatakan pada saat itu ia merancang perubahan dan menjadi pelaku sejarahnya.
Sementara untuk melakukan hal tersebut serta menyusun konsepnya, Koster mengatakan sempat mengorbankan 1 semester perkulihannya pada Tahun 1984.
“Tapi saat mau diisi jabatannya di senat itu Bapak Rektor tidak berkenan, pada saat itu kami kerjakeras bahkan saya dipanggil terus disuruh cepat-cepat lulus supaya tidak membuat gangguan di Kampus,” tandasnya.
Ia juga mengatakan bukan anti demo melainkan, jika sampai turun ke jalan memerlukan dialogis yang cukup dan tertib.
Baca juga: OPERASI Gapura Agung XI - XIII Tahun 2022, Polda Bali Libatkan 1.520 Personel Gabungan
“Sama sekali tidak anti, saya pelaku demo, saya pemimpin demo sama mahasiswa, jadi yang gitu-gitu makanan saya dulu, hobi saya dulu. Walaupun sekarang karena jadi Gubernur ya arif-arif lah dulu. Tapi aslinya saya gitu,” ceritanya.
Ia juga menceritakan ketika menjadi mahasiswa setiap hari ia melakukan briefing dengan mahasiswa lainnya.
Dari dunia mahasiswa serta pengalaman organisasi ini, menurut Koster dapat menjadi bekal manajemen pengetahuan kepemimpinan menjadi lebih kuat, tangguh, lebih berjati diri hingga lahirlah seorang pemimpin.
“Jadi adik-adik ini sudah membentuk diri untuk menjadi pemimpin dan melakukan perubahan, bisa mengorganisir masyarakat diwilayahnya bahkan wilayah yang lebih luas.
Dilakukan bersama-sama dengan berbagai komponen masyarakat,” tutupnya. (*)