Berita Tabanan
Warga Terseret Arus Sungai, Petugas akan Tutup Jembatan Tukad Yeh Ho Ketika Debit Air Tinggi
Tim SAR Gabungan terus melakukan pencarian terhadap, Luh Gde Puspasari warga Banjar Dinas Tangguntiti, yang mengendarai Vario Tecno Putih.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Tim SAR Gabungan terus melakukan pencarian terhadap, Luh Gde Puspasari warga Banjar Dinas Tangguntiti, yang mengendarai Vario Tecno Putih.
Korban terseret arus sungai pada Jumat 7 Oktober 2022 malam hari.
Pencarian dilakukan hingga ke pantai Abiankapas, di Kecamatan Selemadeg Timur, Minggu 9 Oktober 2022.
Selama dua hari ini, tubuh korban belum ditemukan.
Polisi pun melakukan buka tutup akses jembatan alternatif tersebut.

Kapolsek Kerambitan, AKP Ni Kuh Komang Sri Subakti mengatakan, untuk akses memang secara keseluruhan tidak dapat ditutup.
Jembatan itu “jantung” masyarakat beberapa desa di sana.
Baik warga desa yang akan pergi ke timur atau ke barat.
Sehingga, pihaknya hanya melakukan penutupan sementara. Itu pun ketika debit air sungai mulai naik.
“Kalau untuk menutup akses secara keseluruhan, kami tidak mampu. Karena itu merupakan jalan alternatif yang mudah untuk ditempuh masayarakat. Upaya kami adalah ketika debit air naik, maka ditutup. Itu Koordinasi dengan Perbekel, Bendesa dan aparat desa lainnya yang sudah dilakukan. Baik di desa Tibubiyu atau desa yang masuk wilayah Polsek Selemadeg (Beraban atau Tanguntiti),” ucapnya, Minggu 9 Oktober 2022.
Menurut Subakti, pihaknya sudah mulai kemarin malam melakukan penutupan. Kemudian pemasangan plang imbauan. Terutama akses dari wilayah hukum Polsek Kerambitan, atau Desa Tibubiyu. Yang menuju ke Desa Beraban atau wilayah hukum Polsek Selemadeg Timur.
“Pokoknya ketika debit air meningkat kami langsung tutup. Dan ada plang imbauan yang kami pasang,” ungkapnya.
Baca juga: Belasan Bencana Kepung Bangli Dalam Tiga Hari Terkahir, Didominasi Jalan Jebol dan Longsor
Karena itu, sambungnya, antara pihak keamanan di dua desa berkolaborasi melakukan penutupan itu. Saat curah hujan di hulu deras, dan juga di wilayah tersebut. Maka penutupan dilakukan. Langkah ini, juga sebagai solusi karena memang masyarakat tidak mungkin tidak bisa mengakses jembatan. Sebab, akses jembatan itu paling cepat dan belum ada alternatif jalan yang lain.
Yang bisa menghubungkan dua Kecamatan itu.
“Kami siagakan sekitar sembilan personel di dekat rumah bendesa adat,” jelasnya.
Subakti mengaku, bahwa memang jembatan ini merupakan akses dengan lalu lintas cukup padat. Masyarakat pun sampai rela menunggu dua jam ketika air meluap. Itu parahnya yang terjadi. Padahal, ketika memutar tidak akan sampai dua jam untuk menuju ke arah kota Tabanan. Nah, kondisi ini yang sering pihaknya sarankan. Namun, memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat sampai rela menunggu seperti dua jam ketika air tinggi.
“Karena memang akses jalan itu diharapkan banget oleh masyarakat. Meskipun sudah berulang kali kejadian terseret arus sungai,” bebernya.
Informasi yang berhasil dihimpun, bahwa akses jalan itu merupakan swadaya dari masyarakat atau desa setempat. Dimana pembangunan dilakukan beberapa tahun lalu. Swadaya itu dari beberapa desa di sekitar wilayah itu. Yang masyarakatnya sering mengakses. Misalnya saja, pihak Desa Tibubiyu Kecamatan Kerambitan, kemudian desa Beraban dan Tanguntiti Kecamatan Selemadeg Timur. Dan juga bantuan dari beebrapa Villa atau pemilik Villa untuk pembangunan jembatan. Yang masih dalam naungan atau berada di tiga desa tersebut.
Terpisah, Kepala Dinas PUPRKP Tabanan, I Made Dedy Darma Saputra menyatakan bahwa untuk pembangunan jembatan belum dapat dilakukan tahun ini. Pihaknya baru dalam tahap rencana penyusunan rancang bangunannya.
“Saat ini belum ada rencana, baru kami rencana penyusunan rancang bangunannya,” ujarnya singkat. (ang).