Berita Bali

Remaja di Bali Rentan Gangguan Jiwa, Ini Jadi Warning Bagi Semua Pihak

Risiko gangguan mental paling banyak dialami pada masa remaja. Pemicunya beragam, salah satunya yakni perundungan.

TB/Istimewa
dr. I Gusti Rai Putra Wiguna Sp.KJ selaku Psikiater di Klinik SMC sekaligus Founder dari Rumah Berdaya Denpasar. 


Tugas-tugas tersebut pertamanya yakni bagaimana caranya agar dapat diterima oleh teman sebayanya. Lalu bagaimana dapat menentaskan pendidikan pada bangku kuliah, di usia itu juga biasanya ada PR untuk memiliki penghasilan.

Bahkan di usia tersebut itu juga sudah ditanyakan terkait pasangan.


“Bayangkan satu dasawarsa PR nya banyak ‘banget’. Umur 10-20 tahun apalagi 30-40 tahun tidak terlalu banyak. Memang paling banyak PR Psikologis itu 20-30 tahun. Maka ada istilah ‘quarter life crisis’. Pentingnya tekanan mental atau resiliensi mental sehingga apapun PR-PR diusia tersebut bisa kita hadapi atau kita coba satu persatu,” imbuhnya.

Bahkan ia mengatakan bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua setelah kecelakaan pada usia muda. Saat ini, dikatakan dr. Rai merupakan era di mana banyak orang yang tertekan dengan yang dinamakan culture-culture yang harus buru-buru atau tergesa-gesa.


“Pesan saya sih bagaimana kita menggalakkan ballance life untuk menjaga kesehatan jiwa. Seperti 8 jam untuk bekerja 8 jam istirahat atau tidur dan 8 jam untuk pengembangan diri olahraga dan sebagainya. Jadi tidak benar kata orang kalau makin panjang jam kerjanya makin produktif. Tidak ada dan tentu berpengaruh pada kesehatan jiwa,” katanya.


Menurut dr Rai, kesehatan mental sangat penting untuk diperhatikan. Dia mengatakan sangat penting untuk membuat kesehatan jiwa itu sebagai global priority.


“Selama ini perlakuan orang itu berbeda pada kesehatan fisik dan jiwa. Kalau ada orang jatuh patah langsung disuruh istirahat. Kalau gangguan fisik diajak ke rumah sakit kalau gangguan mental ke tempat ibadah itu beda lho. Padahal kan sama-sama gangguan kesehatan,” katanya.


dia mengatakan jika orang gangguan fisik diberikan previllage untuk istirahat, sementara pada orang yang memiliki gangguan mental biasanya akan mendapatkan perlakuan atau perkataan seperti kurang bersyukur, atau kurang ibadah tentunya ini membutuhkan momen yang baik untuk mengedukasi. Namun sejak pandemi Covid-19, dr. Rai mengatakan terdapat titik cerah khususnya untuk generasi milenial jadi lebih terdukasi soal kesehatan mental


Perjuangan Pengidap Bipolar


AWAL 2020, Bela, bukan nama sebenarnya, memberanikan diri kembali datang ke psikiater. Bukan tanpa sebab, Bela wanita berusia 26 Tahun ini memang sempat merasakan ada yang tidak beres di dalam mentalnya.


“Aku merasa diriku udah nggak baik-baik saja. Sudah mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan nggak ada niat untuk fokus menjalani kedepan, menarik diri dari sosial, mulai mimpi buruk, tidak nafsu makan hingga akhirnya aku datang ke psikiater yang ada di tengah Kota Denpasar,” katanya, Senin (10/10).


Pada 2020 itu awal mula pandemi Covid-19 merebak. Sehingga membuatnya harus berkonsultasi secara online dengan psikiater tersebut. Banyak hal yang ia katakan pada psikiater tersebut, mulai dari sejak kapan perasaan tidak tenang ini muncul hingga apa yang Bela lakukan sehari-hari. Hingga akhirnya Bela pun disarankan untuk mengonsumsi obat dan mengambil resepnya di apotek. Dan di sana ia telah didiagnosis mengidap F26 yakni skizofrenia paranoid.


“Aku diberi obat ada 3 macam, dan tiap 8 jam sekali aku harus minum. Sebenarnya gangguan mental ini sudah sejak 2010, dan sudah nggak ke dokter karena merasa diri ini sudah baik,” tambahnya.


Gangguan mentalnya ini kembali kambuh pada 2020. Bela mengatakan, kebetulan saat itu ia sedang dihadapkan dengan masalah keluarga hingga dirumahkan dari pekerjaannya.

Dengan kondisi serba pas-pasan, Bela pun memutuskan menghentikan konsultasi dengan psikiater tersebut setelah dua kali ke kliniknya karena biayanya yang cukup menguras kantong, sementara ia sendiri sudah tak memiliki pekerjaan yang tetap.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved