Berita Buleleng
Geger Aksi Vandalisme Di Area Pura Desa Sudaji, Sunuada: Biar yang Mahakuasa Mengutuk
Geger Aksi Vandalisme Di Area Pura Desa Sudaji Sunuada: Biar yang mahakuasa mengutuk
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Aksi vandalisme terjadi di areal Pura Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng. Seorang oknum nekat mencoret-coret tangga pura dengan cat berwana merah, bertuliskan "Bendesa Memitre".
Hal ini pun menggegerkan warga di desa setempat, pasalnya di pura tersebut saat ini tengah berlangsung upacara pujawali.

Dikonfirmasi melalui salauran telepon Rabu (12/10), Bendesa Adat Sudaji, Nyoman Sunuada mengatakan, vandalisme itu baru diketahui oleh warga pada Selasa pagi kemarin.
Oknum menulis kata-kata tersebut pada bagian tangga pura desa, dan beberapa tembok penyengker.
Mengingat di pura tersebut sedang berlangsung upacara pujawali, sejumlah krama dan pecalang pun bergegas menghapus tulisan tersebut.
"Sudah dihapus oleh krama karena di pura ada pujawali," katanya.
Aksi vandalisme ini dinilai Sunuabe merupakan ulah oknum yang ingin melengserkan jabatannya sebagai Bendesa Adat Sudaji.
Mengingat sejumlah krama beberapa waktu lalu juga sempat menuntut agar Sunuabe turun dari jabatannya.
Kendati aksi ini telah mencemarkan nama baiknya, Sunuabe mengaku tidak akan melaporkam aksi ini kepada polisi. Ia memilih untuk menyerahkan kejadian ini kepada krama.
"Yang jelas saya tidak pernah melalukan perbuatan seperti yang ada ditulisan itu (memitre, selingkuh,red). Saya tidak sempat liat dan cek ke lokasi, katanya ada di empat titik sebagian besar areal pura. Nama saya dicoreng, tidak masalah. Saya serahkan saja ke masyarakat maunya seperti apa. Saya tidak mau menuduh orang, biar yang mahakuasa yang mengutuk," katanya.
Terpisah, Ketua PHDI Buleleng Gde Made Metera mengaku belum mengetahui adanya aksi vandalisme di areal pura ini.
Namun ia cukup menyayangkan, pasalnya bagi umat Hindu pura merupakan tempat suci, tempat untuk memuja Ista Dewata.
Jika terdapat hal-hal yang tidak suci dibawa atau ditempatkan di Pura, maka perasaan kesucian umat hindu dapat terganggu atau tercemar.
Metera pun menyerahkan kepada krama dan pemangku pura di desa setempat, untuk menindaklanjuti hal ini sesuai dengan dresta yang ada di Desa Sudaji, apakah akan mengaturkan guru piduka (permohonan ampun) atau tidak.
"Kalau warga merasa Ista Dewata yang berstana di Pura itu tidak berkenan dengan adanya tulisan seperti itu di pura, dan warga merasa perlu melakukan guru piduka, baik itu dilaksanakan. Tetapi sekali lagi kembalikan ke Dresta dan kenyamanan serta perasaan kesucian warga," jelasnya.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat, untuk tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesucian pura. "Mengenai tulisan itu, tentu perlu segera dihapus.
Kalau warga merasa perlu dicaritahu siapa penulisnya, bisa dicaritahu agar tidak mengulangi lagi menulis seperti itu di Pura," tandasnya. (rtu)