Demo di SMPN 5 Denpasar
Sebelum Didemo Siswa, Guru dan Pegawai SMPN 5 Denpasar Sempat Buat Petisi untuk Kepsek
Pada Kamis, 20 Oktober 2022 sekitar pukul 09.00 Wita menjadi puncak kekesalan siswa SMPN 5 Denpasar terhadap kepala sekolahnya.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pada Kamis, 20 Oktober 2022 sekitar pukul 09.00 Wita menjadi puncak kekesalan siswa SMPN 5 Denpasar terhadap kepala sekolahnya.
Mereka kompak mendemo kepala sekolahnya, Putu Eka Juliana Jaya.
Dari video yang diterima Tribun Bali, siswa tersebut berteriak-teriak “Ganti.. Ganti... Ganti.”
Beberapa siswa juga berteriak histeris menyampaikan kekesalannya.
Baca juga: Kepsek SMPN 5 Denpasar Didemo Siswa, Guru juga Curhat Sambil Menangis ke Kadisdik
Kemudian siswa berteriak-teriak kembali: Kecewa... Kecewa... Kecewa...
Ternyata sebelum siswa tersebut demo, guru dan pegawai SMPN 5 Denpasar sudah membuat petisi.
Petisi ini tertanggal 11 Oktober 2022 dan ditembuskan ke Kepala Ombudsman Bali, Ketua DPRD Kota Denpasar, Wali Kota Denpasar, Kepala Disdikpora Kota Denpasar, Camat Denpasar Utara, Lurah Ubung Kaja, hingga Ketua Komite.
Baca juga: Alasan Kepsek SMPN 5 Denpasar Didemo Siswa, Guru Tertekan, Sebut Wakasek Dipecat karena Tak Balas WA
Di mana petisi ini ditandatangani oleh 47 orang guru dan berisi 17 poin terkait sikap Kepala Sekolah selama menjadi kepala sekolah.
Sikap-sikap Kepsek tersebut membuat guru maupun pegawai tidak nyaman saat bertugas.
Sikap arogansi Kepsek tersebut dimulai dari tanggal 26 September 2022, di mana yang bersangkutan tak menerima alasan apapun saat tidak mengangkat teleponnya pada Sabtu, 24 September 2022.
Selain itu, ada banyak tugas di luar tupoksi guru yang dibebankan pada guru seperti asisten Waka Kurikulum disuruh memberi makan ikan lele di sekolah.
Baca juga: Siswa Demo Kepsek SMPN 5 Denpasar, Beberapa Siswa Kesurupan
Dalam petisi tersebut juga disebutkan sebagian besar warga sekolah ketakutan berhadapan dengan Kepsek ini karena pasti akan dimarahi.
Selain itu, Kepsek ini suka mengancam akan melakukan mutasi jika tidak sesuai keinginannya, nilai SKP yang diberikan akan jelek meskipun sudah melakukan kinerja sesuai tupoksi, bahkan ancaman pemecatan bagi pegawai dan guru honorer tanpa pembinaan.
Ada juga beberapa pengaduan dari orangtua siswa yang mengeluh karena beban biaya untuk lomba Saraswati yang sangat tinggi karena semua bahan dibebankan kepada siswa.
Hingga akhirnya Kamis, 20 Oktober 2022 siswa SMPN 5 Denpasar dari kelas VII, VIII, IX kompak mendemo Kepala Sekolahnya yang baru bertugas sebulan lalu, Putu Eka Juliana Jaya atau yang akrab disapa Wawa.
Salah seorang siswa mengatakan, demo tersebut berawal dari kebijakan kepala sekolah yang dinilai melenceng dari tupoksi sebagai kepala sekolah.
Saat itu, siswa ikut lomba ngelawar dan membawa bahan sendiri dari rumah, akan tetapi sampai siang tak ada guru yang mendampingi, karena semua guru dipanggil kepala sekolah.
Sebelum memuncak pada hari ini, siswa mengaku sudah mengalami hal-hal yang tidak sesuai selama datangnya kepala sekolah yang baru ini.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Denpasar, AA Gede Wiratama bersama jajarannya pun turun ke sekolah tersebut.
Selain itu, hadir pula Camat Denpasar Utara, Kapolsek Denpasar Utara, Lurah Ubung, Kaling, hingga Ketua Komite.
Perwakilan siswa dari kelas VII, VIII, dan IX kemudian diajak berdialog dalam satu ruangan.
Di sana, beberapa siswa pun menyampaikan aspirasi mereka terkait kepala sekolah baru ini.
Salah seorang siswa Kelas IX A, I Made Satria Aldo Adinata mengaku saat siswa memberikan salam kepala sekolah tak menggubris.
“Saya juga melihat guru-guru disuruh membersihkan gudang. Pembina Pramuka saya yang ingin berkenalan dengan Kepala Sekolah disambut kurang baik. Ibunya bilang, “maaf saya tidak bisa ngomong dengan orang baru, maaf Anda siapa?”” kata siswa tersebut bercerita di depan Kadis.
“Saya mengajukan proposal lomba, karena lombanya gratis, ibunya langsung bilang karena lombanya gratis tidak akan dibiayai transportasi dan konsumsi sekalipun,” bebernya.
Siswa lain, Dewi Angeli Budi Astini IX A menambahkan saat lomba dan dirinya dapat juara III lomba Story Telling tak mendapat apresiasi dari sekolah.
“Bahkan uang transport tidak dikasi, uang konsumsi juga tidak,” katanya.
Tak hanya siswa, guru juga dikumpulkan oleh Kepala Dinas termasuk kepala sekolahnya.
Di depan kepala sekolah yang bersangkutan dan juga Kadis, perwakilan guru, dan pegawai juga curhat dan sambil menangis.
Guru PJOK, Gede Parwata pun menangis histeris di depan Kadis menceritakan absensinya diblokir oleh kepala sekolah.
“Saya tertekan, absensi saya diblokir karena kesalahan kecil,” katanya histeris.
Tak hanya itu, hampir semua guru juga terisak di dalam ruangan tersebut.
Sementara Guru PPKN, Sagung Made Warsiki pun berbicara sangat keras di depan Kadis dan Kepsek.
“Kepemimpinan kepala sekolah sebelumnya hingga Plt jauh berbeda dengan kepala sekolah sekarang. Kami seperti pembantu. Kami disuruh membersihkan kamar mandi, padahal tugas kami melayani siswa di sini bukan pembantu. Ini seperti bukan pemimpin Kedinasan, tapi seperti memimpin rumah tangga,” katanya.
Ia mengatakan hari ini, saat guru-guru menggunakan pakaian adat juga disuruh ngepel lantai.
“Bahkan siswa ada yang nanya ke kami, Bu kok nyapu, kok ngepel,” katanya.
Selain itu, Wakasek Kesiswaan juga langsung diberhentikan hanya gara-gara tak mengangkat telepon sekali.
Ia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri, seorang pembina Pramuka yang sudah berumur dibentak-bentak saat membawa nilai ekstra ke sekolah.
“Dibilang kirim nilai harus lewat WA, padahal beliau sampun lingsir, kasihan saya melihat,” katanya.
Alasannya Wakasek tersebut tak mengangkat telepon berkali-kali dan tak menjawab WA, padahal Kepsek hanya menelepon sekali dan tidak ada mengirim WA.
Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kota Denpasar, AA Gede Wiratama pun mengaku sudah menampung aspirasi dari guru tersebut.
Pihaknya akan membawa aspirasi tersebut ke Wali Kota Denpasar segera.
“Ini kami laporkan ke pimpinan dan secepatnya kami proses. Di sini kami mencari penyelesaian yang terbaik dan tidak saling menyalahkan,” katanya.
Pihaknya juga meminta agar siswa sekolah seperti biasa pada Jumat, 21 Oktober 2022 esok.
Selain itu, guru dan pegawai juga diminta kembali bertugas seperti biasa.
“Saya akan proses secepatnya, jangan abaikan siswa, jangan korbankan siswa,” katanya. (*)
Berita lainnya di Berita Denpasar