Berita Jembrana
934 Siswa di Jembrana Terdampak Bencana Alam, Seberangi Sungai Menuju Sekolah
Diterjang air bah, jembatan penghubung di Banjar Sekar Kejula Kelod Jembrana jebol, ini dampaknya
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Jebolnya jembatan penghubung di Banjar Sekar Kejula Kelod, Desa Yeh Embang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali memberi dampak yang sangat besar bagi aktivitas masyarakat setempat. Bahkan, sejumlah siswa memilih menyeberangi sungai untuk menuju sekolahnya.
Sebab, jika menggunakan jalur alternatif akan memakan waktu dan membuat boros BBM.
Menurut informasi yang diperoleh, jembatan tersebut putus setelah diterjang air bah pekan lalu.
Jembatan beton yang sepanjang sekitar 40 meter ini menjadi akses utama untuk warga di Yeh Embang Kauh bagian utara menuju sekolah.
Baca juga: Jembatan Darurat Dianggarkan Rp 1 Miliar di Jembrana, Rencana Perpanjang Status Darurat Bencana
Ada dua sekolah yang dimaksud, yakni SMPN 3 Mendoyo dan juga SDN 7 Yeh Embang.
Menurut seorang warga, jembatan tersebut ambruk berbarengan dengan peristiwa banjir bandang dan mengakibatkan akses di Jembatan Bilukpoh lumpuh.
Infrastruktur yang berlokasi di Banjar Sekar Kejula Kelod ini merupakan akses utama menuju sekolah baik SMP dan SD.
"Yang ini jauh lebih dekat. Kalau jalur alternatifnya ada, tapi jauh dan harus lewat jalan raya. Selain jauh, juga boros BBM serta waktu," tutur seorang warga.
Dia menyebutkan, untuk menyiasati agar tak lewat jalur alternatif, sejumlah siswa terpaksa nekat menyeberangi sungai.
Namun, tetap dengan pengawasan orangtuanya.
"Jauh lebih cepat dengan nyeberang sungai. Kalau jalur alternatif itu sampai 7 kilometer. Semoga saja segera dibangun lagi," ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Jembrana, I Gusti Putu Anom Saputra mengatakan, pihaknya telah mendata jumlah siswa terdampak bencana alam yang mengepung Jembrana pekan lalu.
"Total ada 934 siswa yang terdampak. Itu di seluruh Jembrana baik karena terdampak baanjir maupun akses ke sekolah yang putus," jelasnya.
Disinggung mengenai beberapa akses jembatan yang putus dan berdampak ke siswa, Anom Saputra menyebutkan, hal tersebut memang sempat membuat siswa tersebut tak sekolah, terutama pada hari pertama dan hari kedua.
Mereka dialihkan untuk menggelar kegiatan pembelajaran secara daring.