Berita Bali

Rangkaian Acara Kebaya Goes to Unesco di Badung, Wanita Rafting Sambil Berkebaya

Kebaya Goes to Unesco, rafting mengenakan kebaya, pihaknya akan menonjolkan naskah kuno atau di Bali disebut dengan lontar.

Tribun Bali / Wahyuni Sari
Acara Kebaya Goes To Unesco yang diadakan oleh Koalisi tradisikebaya.id, hadirkan kegiatan rafting dengan menggunakan kebaya - Rangkaian Acara Kebaya Goes to Unesco di Badung, Wanita Rafting Sambil Berkebaya 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Koalisi tradisikebaya.id menggelar acara Kebaya Goes to Unesco dengan menghadirkan kegiatan rafting mengenakan kebaya.

Kegiatan ini untuk membuktikan kebaya dapat digunakan di berbagai kegiatan.

Sebanyak 60 anak mengikuti kegiatan rafting ini yang berasal dari SMPN 4 Abiansemal.

Nyoman Buda, selaku salah satu penyelenggara acara Kebaya Goes to Unesco dan Kepala Desa Bongkasa Pertiwi mengatakan, alasannya memilih agenda rafting dengan menggunakan kebaya.

“Kalau rafting berkebaya ini sebenarnya kita melirik dari judul kita yakni ‘Kebaya Goes to Unesco’. Yang artinya segala kegiatan ini ditampilkan mulai dari seluruh kegiatan dilakukan dengan berkebaya. Hingga nanti akan ada parade kebaya yang diikuti oleh seribu orang,” katanya, Kamis 27 Oktober 2022.

Baca juga: Ini Perjuangan Agar Kebaya Diakui Unesco dan Tidak Diklaim Asing

Dengan dipilihnya Desa Bongkasa Pertiwi untuk kegiatan Kebaya Goes to Unesco, Buda mengatakan, artinya Desa Bongkasa Pertiwi mulai diakui keberadaannya.

Terlebih Desa Bongkasa Pertiwi ini juga merupakan Desa Wisata.

Untuk lebih memperkenalkan Desa Bongkasa Pertiwi ini, ia menjelaskan akan melalui kebudayaan berkebaya.

“Apalagi Lenggang Desa Pertiwi ini dan Kebaya Goes to Unesco ini sangat menarik karena kunjungan wisatawan saat ini baru 40 persen dari masa pemulihan pandemi dan diharapkan dengan adanya kegiatan ini bisa di atas 70 persen,” imbuhnya.

Untuk kedepannya pihaknya akan tetap berkolaborasi dengan pihak ketiga agar Desa Bongkasa Pertiwi mendapatkan pengakuan terkait kelebihan-kelebihan yang dimiliki desa.

Nantinya diharapkan juga dapat menjadi Desa yang kreatif dan berbudaya.

Nantinya selain kebaya, pihaknya juga akan menonjolkan naskah kuno atau di Bali disebut dengan lontar.

Naskah kuno juga diikutsertakan agar tak diklaim oleh orang lain serta anak-anak muda dapat lebih mengenal lontar ini dimana lontar ini juga merupakan warisan budaya leluhur Bali.

Kebaya merupakan warisan turun temurun yang sudah digunakan wanita Indonesia pada zaman penjajahan. Kebaya kebanyakan digunakan oleh masyarakat, khususnya yang berada di Jawa dan Bali.

Untuk membuat kebaya diakui di kancah dunia, sejumlah komunitas yang tergabung dalam Tradisikebaya.id melakukan gerakan Lenggang Bali Pertiwi yang dilangsungkan di Yellow Garden Adventures, di Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved