Berita Denpasar

Bunga Bangkai Langka Jenis Amorphophallus, Tumbuh Dibelakang Merajan Kampus UNBI Denpasar

Salah Satu Bunga Bangkai Langka Jenis Amorphophallus, Tumbuh Dibelakang Merajan Kampus UNBI Denpasar

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Wahyuni Sari
Salah satu bunga bangkai jenis Amorphophallus tumbuh sebanyak 3 bunga di belakang Merajan (tempat persembahyangan umat Hindu) Universitas Bali Internasional (UNBI) Denpasar. 

TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Salah satu bunga bangkai jenis Amorphophallus tumbuh sebanyak 3 bunga di belakang Merajan (tempat persembahyangan umat Hindu) Universitas Bali Internasional (UNBI) Denpasar. Ketika dikunjungi ke lokasi, dari ketiga bunga ini satu diantaranya masih sedikit kuncup, satu diantaranya sudah mekar dan satu lagi sudah kering.

Ida Ayu Manik Partasutama (37) selaku Koordinator Prodi Farmasi Klinis UNBI mengatakan bunga bangkai yang ditemukan di UNBI termasuk langka, dan dilihat dari publikasinya bunga ini berada di Flores dan Jawa.

“Jadi sebenarnya ini kenapa bisa tumbuh, karena dia dinaungi atau ditutupi oleh tanaman-tanaman sehingga dia tidak langsung terkena sinar matahari. bunga bangkai ini termasuk yang bisa memproduksi makanan sendiri, tidak seperti Raflesia Arnoldi yang parasit, dia harus butuh inang atau tempat untuk dia menempel baru dia tumbuh,” jelasnya pada, Senin 31 Oktober 2022.

Salah satu bunga bangkai jenis Amorphophallus tumbuh sebanyak 3 bunga di belakang Merajan (tempat persembahyangan umat Hindu) Universitas Bali Internasional (UNBI) Denpasar.
Salah satu bunga bangkai jenis Amorphophallus tumbuh sebanyak 3 bunga di belakang Merajan (tempat persembahyangan umat Hindu) Universitas Bali Internasional (UNBI) Denpasar. (Tribun Bali/Wahyuni Sari)

Untuk publikasi ilmiahnya, bunga bangkai ini akan dipublikasikan untuk daerah Tonja, Denpasar Utara. Dan karena ditemukan di UNBI maka akan dipublikasikan dalam bentuk analisis vegetasi Amorphophallus paeoniifolius. Dan nantinya juga akan diteliti apakah ada perbedaan dengan di lokasi yang lain.

“Kita juga lihat bahwa dari publikasi itu sudah ada yang meneliti juga kandungannya, itu juga dilihat dari metabolisme primer atau kandungan primernya sperti misalnya ada karbodrat, protein, atau vitamin juga dialamnya,” paparnya.

Nantinya penelitian ini juga akan dilanjutkan lagi ke penelitian metabolisme sekunder, ada atau tidak metabolisme sekunder seperti Platonoid karena bunga ini berwarna ungu, dan bisanya kandungan antioksidannya tinggi. Dan kebetulan di UNBI ternyata cukup sering bunga ini tumbuh, dan tidak hanya hari ini. Dimana saat itu pada tahun 2020 juga orang-orang di UNBI sempat melihat tanaman ini, hanya tidak mengupload seperti saat ini dan juga ditemukan dilokasi yang sama.

“Kemungkinan dikonservasi, karena tumbuhnya kan sering tuh. Artinya tidak cuma saat ini saja dan mungkin didukung oleh kelihatan disitu seperti dia tertutupi oleh tanaman yang lain sehingga dia bisa hidup karena membuat makanannya sendiri,” imbuhnya.

“Setahu saya itu 5 hari saja sudah akan layu, tapi untuk membutuhkan waktu yang lama juga untuk dia. sebeanrnya itu kalau saat lihat belum kembang banget. itu masih kuncup. nanti akan beproses langsung mengembang. besok kita capture, dua hari lagi kita capture,” imbuhnya.

Untuk tumbuhnya sendiri ada yang ke atas dan ke samping. Namun tidak akan tinggi seperti yang ditemukan di kebun raya Jakarta. Untuk ukurannya sendiri maksimal menurut sumber yang ia baca sampai pada setengah meter saja. Maka perlu diilihat kembali nantinya akan kita deteksi dan analissis vegetasinya.

“Banyak yang bilang ada manfaatnya. ini sebenarnya untuk karena dia mengandung amilum, karbohidrat, itu bisa dijadikan kalau dalam jumlah banyak mungin untuk produk bahan obat misalnya. ini yang belum ada orang yang mengembangkan lagi apakah punya metabolisme sekunder karena warnanya ungu banget. kemungkinan kan ada antioksidan di dalamnya, itu yang perlu kita cek sebenarnya. karena saya lihat juga di publikasi metablisme sekundernya belum banyak yang meneliti. mungkin karena jumlahnya ya karena kalau mau meneliti metabolisme sekunder kita perlu jumlah yang banyak. mudah mudahan kalau kita bsia konservasi, jumlahnya banyak, kita bia lanjutkan ke penelitian tentunya yang pertama pasti publikasi tentang vegetasi,” sambungnya.

Cara menjaga tiga bunga ini akan lebih diskusikan lagi dengan tim botani. Untuk baunya sendiri pada bunga bangkai jenis Amorphophallus ini baunya di malam hari. Jadi dia tidak akan bau terus-terusan baunya hanya di malam hai saja. kalau mungkin malam hari bau. baunya paling radius 1 meter, dan tidak sampai kemana-mana.

Sementara Dr. Lanang Rudiarta selaku Wakil Rektor 2 UNBI mengatakan ini akan menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa di UNBI.

“Kita kan punya tempat tanaman obat mungkin teman-teman dari farmasi akan meneliti apakah ada khasiat obatnya, bagaimana tumbuh selanjutnya bagus ini untuk pembelajaran. Kita ingin mempelajari juga bagaimana bisa tumbuh disini maka dari itu perlu teman-teman dari biologi,” kata, Lanang. (*)

 

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved