serba serbi

Catat, Berikut Adalah Piodalan &Rahinan Selama November 2022, Simak Ulasannya!

Yuk Tribunners, khususnya kalian yang beragama Hindu, simak rahinan dan piodalan apa saja yang ada di bulan November 2022 ini. 

Dok. Tribun Bali
Ilustrasi sembahyang -  Akhirnya sudah memasuki bulan November 2022.  Seperti biasa, di dalam kalender Bali, tentu akan ada hari raya bagi umat Hindu.  Di mana lebih dikenal dengan sebutan rahinan serta piodalan.  Yuk Tribunners, khususnya kalian yang beragama Hindu, simak rahinan dan piodalan apa saja yang ada di bulan November 2022 ini.  

Ilmu pengetahuan lah yang akan membuat pikiran itu tajam,cerdas dan pintar.

Tumpek Landep bermakna secara spesifik adalah menerima kekuatan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan yang Maha Esa dalam bentuk ketajaman pikiran, kekuatan pikiran, dan kecerdasan pikiran sehingga umat manusia bisa mengarungi kehidupan berdasarkan kemampuan pengetahuan berlandaskan kebenaran.

Secara filosofi, umat Hindu merayakan hari Suci Tumpek Landep ini adalah merupakan ungkapan rasa syukur atau dalam bahasa Bali 'angayu bagia', rasa terima kasih kepada karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Maha Esa dalam manifestasinya Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati (dewanya senjata yang berupa logam).

Ida Sang Hyang Widhi Wasa telah menganugerahkan 'wiweka lan winaya' memberikan kepandaian, kecerdasan dan pikiran yang tajam serta kemampuan yang tinggi kepada umat manusia sehingga mampu menciptakan berbagai benda untuk memudahkan hidup, termasuk teknologi.

"Dalam hal ini bukan memuja benda-benda itu tetapi memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam prabhawanya Sang Hyang Pasupati," tegasnya.

Kesimpulannya bahwa dalam perayaan hari suci Tumpek Landep adalah umat merayakannya karena Ida Sang Hyang Widhi Wasa telah menganugerahkan ilmu pengetahuan sehingga manusia memperoleh ketajaman pikiran,cerdas dan pandai.

Inilah yang dirayakan sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan benda-benda yang dihasilkan karena ketinggian kemampuan umat manusia diupacarai dengan sesajen adalah sebagai simbol-simbol dalam mengekpresikan rasa syukur dan rasa terima kasih kepada-Nya.

Umat setelah menghaturkan upakara di pelangkiran, sanggah, atau merajan lalu menghaturkan upakara pada benda-benda tadi seperti keris, tombak, pedang , mobil, sepeda motor, dan peralatan lainnya dengan canang "asebit sari"atau "saka sidan" sesuai kemampuan.

"Ini adalah ekspresi rasa keyakinan kepada keagungan dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Yang pada prinsipnya juga umat jangan lupa natab upakara tersebut dengan sesajen atau upakara yang diyakini karena telah menerima anugerah ketajaman pikiran dari-Nya," jelasnya.

Semua benda-benda tadi itu 'ditepung tawari' dan diperciki tirta pasupati yang sudah dimohonkan di sanggah atau di merajan masing-masing.

 

6 Hari Suci Redite Ukir

8 Hari Suci Purnama Kelima

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved