G20 di Bali

Desa Adat Bualu Mulai Hiasi Jalan Raya Dengan Penjor Untuk Sambut Delegasi KTT G20

Desa Adat Bualu Mulai Hiasi Jalan Raya Dengan Penjor Untuk Sambut Delegasi KTT G20

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Fenty Lilian Ariani
Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Krama banjar celukan desa adat Bualu saat memasang penjor khusus untuk menyambut delegasi KTT G20 

Penjor merupakan batang bambu lengkap yang dihias dengan daun kelapa muda yang dibentuk secara khusus.

Sekilasan, wujudnya menyerupai umbul-umbul.

Biasanya penjor dibuat setinggi 10 meter, yang menggambarkan sebuah gunung tertinggi.

Umat Hindu Bali memercayai bahwa Gunung Agung merupakan berstananya Hyang Bathara Putra Jaya beserta Dewa dan para leluhur.

Jadi, gunung merupakan istana Tuhan dengan berbagai manifestasinya.

Dan penjor menjadi perlambang syukur dan ucap terimakasih atas hasil bumi yang dianugerahkan-Nya.

Dan, Gunung Agung sebagai pemberi kemakmuran itu.

Tercatat di dalam lontar Jayakasunu, penjor melambangkan Gunung Agung.

Selanjutnya, di lontar Basuki Stawa disebutkan bahwa gunung (giri) adalah naga raja, yang tidak lain adalah Naga Basuki.

Dalam mitologi, dasar Gunung Agung dikenal sebagai linggih Sang Hyang Naga Basuki.

Dari kata Basuki inilah timbul nama Besakih.

Naga Basuki, dalam Basuki Stawa, dilukiskan bahwa ekornya berada di puncak gunung dan kepalanya di laut, yang merupakan simbol bahwa gunung adalah waduk penyimpanan air yang kemudian menjadi sungai.

Akhirnya, bermuara di laut.

Maka, mitologi dari penjor yang dihias sedemikian rupa untuk upacara keagamaan atau adat Hindu Bali, merupakan simbol naga.

Sanggah yang ditempatkan pada bambu penjor memakai pelepah kelapa adalah simbol leher dan kepala Naga Taksaka (ada kelapa yang digantungkan di atas sanggah penjor, tempat menaruh sesaji).

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved