Satu Keluarga Tewas di Kalideres
5 Kejanggalan Kasus Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Hidup dengan Mayat Ibunya, Ada 'Chat Negatif'
Berikut ini adalah lima kejanggalan dalam kasus satu keluarga tewas di Kalideres.
"Enggak, enggak ada di sana mengenai utang," tegas Hengki.
Hengki pun meminta semua pihak untuk tidak sembarangan mengasumsikan pesan-pesan tersebut sampai ada kesimpulan akhir dari penyidik bersama tim ahli.
3. Barang Milik Korban Dijual
Selain itu, Hengki mengatakan jika korban keluarga di Kalideres sempat menjual barang-barang pribadinya sebelum tewas.
Mereka menjual barang-barang elektronik seperti AC, TV, kulkas hingga blender.
Temuan itu dari penelusuran digital, atau riwayat komunikasi antara korban dengan orang lain.
Adanya temuan itu mematahkan dugaan adanya pencurian atau perampokan terhadap satu keluarga yang tewas misterius itu.
"Dari hasil penyelidikan kami kami menemukan beberapa pihak yang dihubungi oleh korban ini Kemudian kami tindak lanjuti dengan penyelidikan konvensional," katanya dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV.
"Berdasarkan keterangan saksi yang kami peroleh dari proses digital, kami menemukan beberapa petunjuk penting," lanjutnya.
"Dari salah satu komunikasi ternyata yang bersangkutan pernah menghubungi salah satu nomor (orang lain) terkait penjualan barang-barang yang ada di rumah apakah itu mobil, dan lainnya," ungkapnya lagi.
4. Keberadaan Rudyanto Tidak Jelas saat Istrinya Meninggal
Mengutip dari Kompas.com, kejanggalan berikutnya ialah, keberadaan Rudyanto tak diketahui saat pegawai koperasi simpan pinjam mendatangi rumah keluarga tersebut yang hendak digadaikan. Hal itu kembali diutarakan Hengki.
"Tidak terlihat, hanya Dian dan Margaretha dan Budiyanto," ujar Hengki Menurut Hengki, pegawai koperasi simpan pinjam mendatangi rumah tersebut pada 13 Mei 2022.
Saat itu, salah satu penghuni, yakni Budyanto hendak menggadaikan sertifikat rumah. Pegawai koperasi tersebut mengaku melihat Dian menangis di dalam kamar bersama ibunya, yakni Margaretha, yang sudah terbujur kaku di kasur.
"Si Dian menangis, dan menganggap bahwa ibunya tetap hidup. Setiap hari dikasih minum susu, dimandikan. Perilaku itu yang sedang kami teliti oleh psikolog forensik," kata Hengki.