Satu Keluarga Tewas di Kalideres
Kejanggalan Satu keluarga Tewas di Kalideres, Ada Dugaan Gangguan Jiwa Pada Anak Margaretha
Kejanggalan demi kejanggalan berhasil diungkap oleh pihak kepolisian dalam kasus satu keluarga tewas di Kalideres
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kejanggalan demi kejanggalan berhasil diungkap oleh pihak kepolisian dalam kasus satu keluarga tewas di Kalideres.
Usai misteri soal penyebab kematian yang masih belum terpecahkan sampai saat ini, kejanggalan kembali ditemukan terutama pada anak dari salah satu korban yakni Margaretha.
Anak Margretha diduga mengalami gangguan jiwa mengingat dirinya sempat merawat ibunya yang sudah meninggal dan bahkan memberikan susu hingga menyisir mayat.
Bukan hanya itu, sikap yang aneh juga ditunjukan oleh seluruh keluarga yang ditemukan berkomunikasi lewat ponsel yang memperlihatkan adanya pesan berkonotasi negatif.
Baca juga: 5 Kejanggalan Kasus Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Hidup dengan Mayat Ibunya, Ada Chat Negatif
Berikut beberapa kejanggalan dalam kasus satu keluarga tewas di Kalideres:
Hidup bersama mayat
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar (Kombes) Hengki Haryadi menjelaskan, anak dari anggota keluarga, Dian (40), itu ternyata masih memberikan susu dan menyisir rambut ibunya yang sudah jadi mayat.
Hengki mengatakan, keterangan itu berdasarkan keterangan pegawai koperasi simpan pinjam yang sempat berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarga tersebut.
Berdasarkan hasil penyelidikan, pegawai itu datang untuk mensurvei rumah karena salah satu penghuni, yakni Budyanto hendak menggadaikan sertifikat tempat tinggal tersebut.
Sesampainya di lokasi, kata Hengki, pegawai koperasi simpan pinjam dan pihak mediator pun mencium bau tidak sedap dan mencurigakan.
Pada saat itu Hengki menyebut bahwa pegawai koperasi meminta kepada Budyanto Gunawan untuk dipertemukan kepada Margaretha.
Sebab, sertifikat tersebut tercatat atas nama Margaretha. Saat itu, Dian berdalih bahwa ibunya sedang tertidur sehingga tidak menyalakan lampu.
Baca juga: FAKTA Kasus Satu Keluarga Tewas di Kalideres: Polisi Temukan Chat Negatif, Jenazah Alami Mumifikasi
Pegawai yang curiga pun diam-diam menyalakan senter dari ponselnya dan mendapati Margaretha sudah menjadi mayat.
Dian mengaku masih memberikan ibunya minum berupa susu. Selain itu, ia juga mengaku masih setia menyisir rambut jenazah ibunya yang mulai rontok.
Saksi yang awalnya hendak melapor ke polisi pun dilarang oleh salah satu dari empat anggota keluarga yang akhirnya ditemukan tewas membusuk pada 10 November.
Dia adalah Budyanto, ipar dari Rudyanto Gunawan yang merupakan suami Margaretha.
Keberadaan Rudyanto tidak jelas saat istrinya meninggal Kejanggalan berikutnya ialah, keberadaan Rudyanto tak diketahui saat pegawai koperasi simpan pinjam mendatangi rumah keluarga tersebut yang hendak digadaikan. Hal itu kembali diutarakan Hengki.
"Tidak terlihat, hanya Dian dan Margaretha dan Budiyanto," ujar Hengki
Menurut Hengki, pegawai koperasi simpan pinjam mendatangi rumah tersebut pada 13 Mei 2022.
Saat itu, salah satu penghuni, yakni Budyanto hendak menggadaikan sertifikat rumah.
Pegawai koperasi tersebut mengaku melihat Dian menangis di dalam kamar bersama ibunya, yakni Margaretha, yang sudah terbujur kaku di kasur.
Baca juga: Fakta Baru Kasus Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Ada Mayat yang Sudah Tewas Sejak Mei 2022 Lalu
"Si Dian menangis, dan menganggap bahwa ibunya tetap hidup. Setiap hari dikasih minum susu, dimandikan. Perilaku itu yang sedang kami teliti oleh psikolog forensik," kata Hengki.
Budyanto jual aset yang bukan miliknya Kejanggalan berikutnya ialah adanya upaya Budyanto menjual aset yang bukan miliknya.
Hal itu diketahui dari pengakuan saksi yang merupakan pegawai koperasi simpan pinjam.
Ia mengungkapkan bahwa Budyanto, saudara kandung Margaretha, hendak menjual rumah milik Margaretha.
Pada 13 Mei 2022, saksi hendak mensurvei rumah di Perumahan Citra Garden 1 itu.
Saat hendak mensurvei, pegawai koperasi meminta dipertemukan dengan Margaretha karena sertifikat rumah tersebut atas nama Margaretha.
Namun saat masuk ke kamar, pegawai koperasi itu terkejut karena justru menemukan tubuh Margaretha sudah terbujur kaku lantaran sudah meninggal.
Polisi pun belum menemukan alasan Budyanto menggadaikan sertifikat rumah yang bukan miliknya itu.
Pesan dari ponsel untuk sesama anggota keluarga di rumah
Kejanggalan lainnya ialah polisi menemukan bahwa dua dari keempat anggota keluarga tersebut saling berkirim pesan lewat ponsel.
Hengki mengungkapkan dalam pesan tersebut banyak mengandung kata-kata tentang emosi dan bersifat negatif.
Pesan itu diketik dengan susunan kalimat yang tertata.
"Kata-katanya sangat rapi, terlihat berpendidikan, ada Bahasa Inggris di sela-sela tulisan tersebut," ujar Hengki. Saat ini tim forensik masih mendalami temuan pesan dalam ponsel tersebut.
"Jadi belum dapat disimpulkan, lagi di analisis tim ahli dari psikologi forensik," kata Hengki.
Sampai saat ini masih belum ditemukan bukti yang kuat mengenai penyebab kematian satu keluarga di Kalideres tersebut mengingat bukti yang tidak mengarah pada pembuktian. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Hidup Bersama Mayat hingga Jual Aset Bukan Miliknya, Ini Kejanggalan Tewasnya Keluarga di Kalideres